Oleh Hidayat
Dalam sebuah perjalanan intelektual, seringkali kita dihadapkan pada pertanyaan yang memicu refleksi mendalam. Begitu juga saat Dosen Guru Besar MPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM. Â mengajukan pertanyaan mengenai nasihat dalam gambar diatas, sungguh, itu memicu sebuah perjalanan pencarian makna yang menarik.
Nasihat, seolah menjadi pemandu dalam kehidupan kita. Mereka disampaikan melalui berbagai cara, tak terkecuali dalam bentuk gambar. Kini, dalam upaya untuk menjawab panggilan intelektual tersebut, artikel ini hadir sebagai hasil dari pencarian dalam Kitabna, mencari esensi nasihat yang tersembunyi dalam gambar.
Melalui artikel ini, kita akan membahas hasil pencarian tersebut. Setiap gambar memiliki cerita yang dalam, dan setiap cerita memiliki pesan yang berharga. Dari tangan-tangan bijak di masa lalu hingga kesan-kesan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menjelajahi ke dalam dunia nasihat dalam gambar, memecahkan teka-teki yang ada di baliknya.
Mari kita bersama-sama menapaki jejak perjalanan ini, menelusuri makna yang tersembunyi, dan menjawab panggilan dari Dosen Guru Besar MPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Inilah cerita tentang nasihat dalam gambar, sebuah kisah yang mengundang kita untuk menyelami lebih dalam makna kehidupan.
Didalam Kitab Diwani karangan Imam Syafi'i, seorang ulama besar yang diakui sepanjang sejarah Islam, meninggalkan banyak nasihat berharga yang telah menginspirasi generasi demi generasi. Salah satu perumpamaan terkenal dari beliau berbunyi:
 "Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Sungguh bodoh jika kau berburu kijang, lalu kau biarkan dia lepas dan pergi bersama hewan lainnya."
kalau kita kaji nasihat ini mengandung makna"Menulis sebagai Pengikat Ilmu,Perumpamaan Imam Syafi'i ini menggambarkan pentingnya menulis dalam proses belajar dan menjaga ilmu. Beliau mengibaratkan ilmu sebagai hewan buruan yang harus diikat agar tidak lepas, dan tulisan adalah tali pengikat yang memastikan ilmu tersebut tetap berada dalam genggaman kita. Ini adalah nasihat yang sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama bagi mereka yang berusaha mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Pada era bonus demografi 2030, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang signifikan. Momen ini memberikan peluang emas untuk memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, agar bonus demografi ini benar-benar memberikan manfaat, setiap individu, khususnya generasi muda, perlu membekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan. Salah satu cara terbaik untuk mencapai hal ini adalah dengan mengikat ilmu melalui tulisan, sebagaimana dianjurkan oleh Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i dalam kitab Diwan Asy-Syafi'i mengibaratkan ilmu sebagai hewan buruan dan tulisan sebagai tali pengikatnya. Pesan ini sangat relevan dalam konteks mempersiapkan diri untuk menjadi seorang talent yang penting di era bonus demografi 2030. Menulis bukan hanya sekadar mencatat informasi, tetapi juga merupakan proses internalisasi pengetahuan yang mendalam. Ketika seseorang mencatat ilmu, mereka tidak hanya menyimpan informasi tersebut tetapi juga mengolah dan memahami lebih baik.
 Kaitan dengan Pengembangan Talent di Era Bonus Demografi
Pertama Peningkatan Kompetensi melalui Pembelajaran Berkelanjutan:
  Bonus demografi 2030 akan menciptakan persaingan yang ketat di dunia kerja. Untuk menjadi talent yang unggul, setiap individu harus terus belajar dan mengembangkan diri. Mencatat ilmu yang didapat dari berbagai sumber, seperti seminar, workshop, dan kursus online, akan membantu mengingat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut secara efektif.
Kedua Penerapan Ilmu dalam Dunia Nyata:
  Menulis memungkinkan seseorang untuk merumuskan dan menyusun strategi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Dalam dunia kerja, kemampuan untuk mengaplikasikan teori ke dalam praktik sangat penting. Dengan mencatat dan merefleksikan ilmu yang diperoleh, seseorang dapat lebih mudah mengintegrasikannya ke dalam tugas dan proyek yang sedang dikerjakan.
Ketiga Pembentukan Pemikiran Kritis dan Kreatif:
  Proses menulis memerlukan pemikiran kritis dan analitis. Ini membantu seseorang untuk lebih memahami masalah, mencari solusi inovatif, dan mengembangkan ide-ide baru. Di era bonus demografi, di mana kreativitas dan inovasi menjadi kunci sukses, kemampuan ini sangat dibutuhkan.
Keempat Mengatasi Lupa dan Memperkuat Ingatan:
  Ilmu yang tidak dicatat cenderung mudah dilupakan. Dalam era informasi yang serba cepat, menjaga agar informasi tetap diingat menjadi tantangan tersendiri. Menulis adalah cara efektif untuk memastikan bahwa pengetahuan yang penting tidak hilang dan selalu siap digunakan saat dibutuhkan.  Implikasi Praktis dari Pesan Imam Syafi'i.Dalam menghadapi era bonus demografi, generasi muda harus menjadikan menulis sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan:
a.Membuat Catatan Harian: Setiap hari, tuliskan apa yang telah dipelajari, baik dari pengalaman pribadi maupun dari sumber eksternal.
b.Menyusun Portofolio Digital: Manfaatkan teknologi dengan membuat blog atau catatan digital untuk menyimpan dan mengorganisir ilmu yang telah dipelajari.
c.Mengadakan Diskusi dan Kolaborasi: Berpartisipasi dalam diskusi dan kelompok belajar, kemudian mencatat hasil diskusi tersebut untuk referensi di masa mendatang.
d.Menerbitkan Karya Tulis: Menulis artikel, esai, atau buku berdasarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki untuk dibagikan kepada orang lain.
Menghadapi era bonus demografi 2030, menjadi seorang talent yang penting tidak hanya membutuhkan keterampilan dan pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk mengikat ilmu tersebut melalui tulisan. Seperti yang disampaikan oleh Imam Syafi'i, menulis adalah cara efektif untuk memastikan bahwa ilmu yang diperoleh tidak hilang dan tetap dapat dimanfaatkan sepanjang waktu. Dengan menulis, generasi muda dapat mempersiapkan diri mereka untuk mengambil bagian dalam peluang besar yang ditawarkan oleh bonus demografi, sehingga dapat berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Wallohu A'lam
Tuliasan ini Tulisan ini terinspirasi dari poto masaiswa yang menceritakan telah melaksanakan Bimbinga Tesis (Rabu, 22/05/024: 19:20).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H