Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kondisi Ekonomi Indonesia Menjelang 17 Agustus 2022: Ekonomi Tumbuh namun Kalah Bersaing Sama Tetangga

16 Agustus 2022   14:15 Diperbarui: 16 Agustus 2022   14:24 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surplus APBN tersebut seharusnya dikecam oleh DPR dan Publik karena buat apa surplus APBN manakala rakyat sangat membutuhkan belanja negara itu untuk membantu mengurangi beban hidup akibat kenaikan energi, BBM, gas dan listrik.

DPR harusnya marah kenapa belanja pemerintah ditahan padahal ekonomi bisa tumbuh dilevel 7-8 persen pada kuartal II 2022 kemarin manakala belanja pemerintah dinaikan.

Surplus APBN Untuk Membayar Utang LN Tidak Bijak Manakala Belanja Pemerintah Ditahan

Indonesia mencatat utang luar negeri turun menjadi Rp5.933 triliun. Kondisi utang tersebut tercatat pada akhir kuartal II-2022.

Perkembangan tersebut disebabkan penurunan posisi ULN sektor publik dan sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN triwulan II 2022 mengalami kontraksi sebesar 3,4%.

Surplus APBN tersebut sebagiannya digunakan untuk penurunan posisi ULN Pemerintah antara lain karena adanya pelunasan pinjaman bilateral, komersial, dan multilateral yang jatuh tempo selama periode April hingga Juni 2022.

Meskipun membayar utang Luar Negeri krusial namun pembayaran utang tersebut seharusnya tidak dibayarkan karena ditahannya belanja negara seperti yang terjadi pada Kuartal II 2022.

Rekomendasi

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pada paru terakhir 2022 lebih baik, sebaiknya pemerintah tidak lagi menahan belanja negaranya. Diharapkan belanja negara tersebut mampu mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi terhadap Malaysia, Vietnam dan Filipina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun