Tidak dapat dielakan bahwa kunjungan US Chairman of The Joint Chief of Staff Jenderal Mark A Milley diterima Panglima TNI Jenderal Andika memiliki makna geopolitik yang luas.
Bagaimana tidak, pertemuan tersebut dilakukan disaat sikap agresifitas pihak China melakukan intercept terhadap armada udara pihak barat di laut china selatan.
Pada awal Juni 2022, Australia dan Kanada menuduh China melakukan intercept berbahaya terhadap pesawat patroli maritim yang melakukan misi pengawasan dan pemantauan sanksi rutin di Laut China Timur dan Selatan.
Australia mengatakan bahwa P-8A Poseidon Angkatan Udara Australia dicegat oleh pesawat tempur Shenyang J-16 Angkatan Udara China di atas Laut China Selatan sementara yang pertama sedang melakukan misi "pengawasan maritim rutin" pada 26 Mei.
Media barat melaporkan ada sekitar 60 intercept kepada  pesawat patroli maritim P-3 Orion Kanada, di atas perairan internasional oleh jet tempur China sejak Desember 2021.
Lebih dari dua lusin di antaranya dianggap berbahaya oleh Kanada, dengan kru CP-140 melaporkan bahwa jet China terkadang cukup dekat sehingga anggota kru dapat "melakukan kontak mata dengan pilot China, dan terkadang melihat mereka mengangkat jari tengah.
Situasi memanas tersebut menunjukan keinginan kuat untuk melakukan hegemoni di kawasan Laut China Selatan baik oleh China maupun oleh Sekutu Barat.
Makna Kunjungan Panglima Joint Chief Amerika dalam 14 Tahun Terakhir
Tidak dapat dielakan bahwa AS dan barat menang banyak atas kunjungan tersebut. Indonesia sebagai negara paling luas dan padat penduduknya di ASEAN memiliki makna besar bagi AS atas pengaruh LCS.
Setidaknya AS memilikit tingkat keyakinan satu level lebih percaya diri bahwa Indonesia tidak akan berada di kubu China dalam rivalitas menjadi hegemoni di Laut China Selatan.