Publik sedang dihebohkan dengan Soju Halal. Pasalnya Soju tulen asal korea itu adalah minuman keras yang mengandung 17-20 persen alkohol. Kebanyakan orang menyatakan soju adalah minuman Bir.
Jika kita mau mencari bir dengan status halal datanglah ke kampung betawi. Pasti tidak sulit menemukan bir halal. Orang betawi punya minuman khas yaitu Bir Pletok yang halal karena sama sekali tidak mengandung alkohol.
Bir Pletok adalah minuman kearifan lokal ranah betawi yang tidak memabukan justru menyegarkan dan menghangatkan. Bir Pletok diminum bisa dalam kondisi hangat ataupun dingin tetap nikmat. Minuman Bir Pletok tersebut dibuat dari campuran beberapa rempah, yaitu jahe, daun pandan wangi, dan serai. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas
BIR PLETOK KREASI HAJJAH TITIN
Adalah Hajjah Titin, warga Jakarta Utara yang empat tahun terakhir ini membuat bir pletok dengan merek TBA (Titian Barokah Alfiat). Beliau memproduksi bir pletok dari rumahnya sebagai industri rumah tangga UMKM yang sudah mendapatkan berbagai izin produksi baik dari dinkes, MUI dan lingkungan. Resepnya dipelajari dari ilmu bergaul dengan para tetua betawi di Tangjung Priok dengan ada sentuhan dari kreativitas mandiri.
Hajjah Titin mendapatkan pesan dari tetua betawi agar Bir Pletok tidak musnah dari pasaran karena yang produksi Bir Pletok makin sedikit. Pengusaha Bir Pletok juga mengeluhkan sering rugi karena mereka selalu diproduksi dalam bentuk botol cairan yang masa kadarluarsanya singkat. Sering tidak laku atau sulit mencari pembelinya, katanya.
Oleh karena itu Ibu Hajjah Titin memodifikasi yang tadinya Bir Pletok dijual dalam bentuk cairan kini dijual dalam bentuk serbuk dimana pelanggannya tinggal mencampurkannya dengan air secara instan. Langkah ibu Hajjah Titin ini membuat produknya lebih tahan lama dan dikemas yang tidak kalah dengan produk modern di pasar swalayan.
ALASAN HAJJAH TITIN MEMPRODUKSI BIR PLETOK
Meskipun Ibu Hajjah Titin, bukan yang pertama memodifikasinya, namun Ibu Hajjah Titin adalah orang yang konsisten memproduksi dan terus bertahan sampai saat ini.Â
Ibu Hajjah Titin mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Bir Pletok sebagai minuman khas kebanggaannya Indonesia khususnya orang betawi dan mengandung sejarah kolonial di tanah jakarta. Dirinya bangga memproduksi bir pletok karena bukan sekedar memproduksi minuman namun menyambung sejarah bangsa Indonesia. keren kan!
Soal sejarah, ada yang unik tentang Bir Pletok dari cerita Ibu Hajjah Titin. Ibu Hajjah Titin mengatakan bahwa ada dua versi sejarah kenapa minuman berbasis jahe tersebut dikatakan Bir.
Versi pertama adalah Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, banyak masyarakat Betawi yang tergoda untuk mencoba meminum bir seperti dilakukan oleh bangsa barat.
Namun, setelah melihat efeknya yang kurang baik karena memabukan dan selain itu juga melanggar ajaran agama. Karena orang-orang Betawi dikenal sebagai Muslim yang ta'at, maka orang Betawi mencoba meracik bir yang dapat menghangatkan badan, tetapi tidak menyebabkan efek samping mabuk. Akhirnya terciptalah bir pletok.
Versi kedua adalah nama bir pletok muncul dari kaum Betawi gedongan (baca: elit) yang kerap bergaul dengan orang Belanda. Orang belanda tersebut melihat, ketika minuman berbahan dasar jahe ini dikocok dan dituang ke dalam gelas, muncul busa di bagian atasnya, persis seperti bir yang sering diminum orang-orang Belanda. Kemudian dari orang betawi gedongan dan orang belanda itu nama bir pletok dimasyarakatkan secara luas.
Manapun versi sejarah yang benar, yang jelas Bir Pletok sudah menjadi kebanggaan warga betawi di Jakarta.
PROSPEK BISNIS BIR PLETOK DI MASA COVID-19
Sejak COVID-19 melanda di Indonesia yaitu Maret 2020, banyak usaha yang tutup karena harus mematuhi aturan pemerintah dimana pelaku UMKM harus melakukan lockdown dan meliburkan karyawannya. Begitu juga dengan usaha Bir Pletok Hajjah Titin. Namun seiring relaksasi PSBB, Hajjah Titin mulai memberanikan diri memproduksi dan menjual bir pletok lagi.
Dengan karyawan yang terdiri dari Suami dan 2 anaknya, produksi bir pletok pun diproduksi kemabali pada April 2020. Namun situasinya kini lebih sulit terutama mendapatkan bahan baku yaitu Jahe Merah, Kapulaga, Daun Wungu, Kunyit dan Lengkuas Merah.
Namun semangat untuk tetap memproduksi membuat Hajjah Titin mencari sumber sampai ke petani di luar Jakarta. Untungnya para petani tidak ikut lockdown, petani tetap bertani meski sekarang sulit untuk mengirimkan bahan baku tersebut. Hajjah Titin juga tidak segan-segan mengambil bahan bakunya sendiri langsung pergi ke tangan petani tersebut. Meski sering kali numpang titip dengan jasa bus travel ke Jakarta.
Motivasi Hajjah Titin memproduksi Bir Pletok adalah ingin membantu pelanggannya melalui produknya dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan wabah covid19. Karena berbahan dasar jahe kunyit dan rempah lainnya, bir pletok diyakini sebagai obat herbal pencegahan virus covid19.
Tidak lantas produknya dibutuhkan, kemudian Hajjah Titin menaikan harga produknya setinggi langit. Kenaikannya hanya untuk kompensasi harga bahan dasar yang naik dan biaya transportasi yang lebih tinggi dari pada biasanya.
Di era Covid19 ini, Bila memproduksi Bir Pletok menghabiskan Rp700 ribu, Hajjah Titin mendapatkan penjualan Rp1.2 juta sehingga untung bersihnya Rp500 ribu untuk setiap batch produksinya.
PRODUK LAIN HAJJAH TITIN
Ibu Hajjah Titin juga memproduksi mimunan hangat lain dengan berdasar bahan Jahe diantaranya adalah minuman kopi Jahe, minuman Jahe merah Instan dan manisan jahe. Selain berdasar jahe ada juga produk Kopi Arabia dengan tambahan Jahe Herbal didalamnya.
Menurutnya dengan menjual selain bir pletok, dimasa pandemi pelanggannya bisa menikmati minuman yang bervariasi agar tidak bosan. Minuman berbahan jahe darinya tetap menawarkan minuman herbal yang menyehatkan dan menghangatkan tubuh. Bagi yang membutuhkan minuman berbahan jahe seperti bir pletok, jahe merah, kopi jahe dan manisan jahe silakan hubungi beliau Hajjah Titin dengan merek TBA.
PILIH MINUMAN BERBASIS JAHE
Hajjah Titin sangat menyukai jahe sejak masih kecil. Sebagai puteri pertama kelahiran 1967 dirinya sering menyajikan jahe sebagai minuman rutin orang tuanya.Â
Menurutnya jahe memiliki banyak manfaat yang diperoleh dari para tetua jauh sebelum wabah covid19 ada. Dirinya hanya pewaris informasi dari orang tua. Dirinya juga merasakan khasiat jahe. Menurutnya Jahe selain menghangatkan badan, jahe juga memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan seperti mengurangi rasa nyeri, mengatasi masalah pencernaan, anti peradangan, dan lain-lain.
HARI-HARI SABAR
Sebelum Covid19, Hajjah Titin sering mengikuti bazar yang dilakukan suku dinas UMKM di kotamadya Jakarta Utara. Mengikuti bazar sering menambah pelanggan dan kenalan baru sehingga tidak melulu menjual produk. Kini Hajjah Titin harus bersabar karena aktivitas rutinnya tidak dapat dilakukan dimasa pandemi. Jualannya banyak diperoleh dari online meski dirinya merasa tidak cukup mahir menjadi penjual online dibandingkan pelapak milenial.
Usia Hajjah Titin kini 53 tahun, di era covid19 dirinya harus belajar banyak dari dunia online. Meski berat dan sulit, Hajjah Titin tetap berusaha mengejar ketertinggalannya di online. Dengan dibimbing oleh anaknya, dirinya berusaha menjual minuman produknya. Dirinya sadar di masa new normal, aktivitas dahulu tidak dapat dilakukannya lagi, kini Hajjah Titin sedang berjuang, kita doakan usahanya tetap gemilang meski situasi covid19 membuat semuanya berubah.
FOTO-FOTO HAJJAH TITIN AKTIVITAS SEBELUM COVID19
Dokumen PIRT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H