Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Strategi Penggunaan Motivasi Religi untuk Pemulihan Ekonomi: Belajar dari Hari Raya Qurban 2020

31 Juli 2020   00:22 Diperbarui: 31 Juli 2020   09:14 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hewan Qurban Umumnya Sapi, Kambing, Domba dan Kerbau | sumbarprov.go.id

Belajar dari Hari Raya Qurban 2020 untuk Strategi Pemulihan Ekonomi Akibat Covid 19

Setiap tahun, pada hari Idul Adha 10 Dzulhijjah, umat Islam melakukan amalan  berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat di suatu daerah.  Apa makna Qurban untuk strategi pemulihan ekonomi akibat covid19?

Apa qurban itu? Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari 3 hari setelahnya (disebut hari tasyriq) sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah. 

Mereka yang berkurban tidak mengharapkan apa-apa yang bersifat materi ataupun tidak mengharapkan terima kasih dari siapa pun.

Umat Islam melakukannya semata-mata sebagai bentuk terima kasih dan syukur atas nikmat materi yang diterimanya selama ini dan sebagai bentuk menapak tilasi perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mengkurbankan putra pertama Nabi Ismail yang kemudian Ibrahim lulus ujian, Ismail tidak dikurbankan dan sebagai gantinya Allah menurunkan seekor binatang Kambing besar (Kibas) untuk disembelih oleh Ibrahim.

Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).

Persiapan Pembagian Daging Qurban. Sumber: Republika
Persiapan Pembagian Daging Qurban. Sumber: Republika

Dalam Fiqh Qurban, para ulama mengatakan, yang afdhal adalah memakan daging itu sepertiga, menyedekahkannya sepertiga dan menyimpannya sepertiga. 

Orang yang berkurban boleh bersedekah dan boleh mengambil kurbannya untuk dimanfaatkan (dimakan) bahkan dari selain daging, kulit hewan qurban pun tetap memiliki manfaat luas. Menurut Abu Hanifah, bahwa boleh menjual kulitnya dan uangnya disedekahkan atau dibelikan barang yang bermanfaat.

Strategi More Spending Untuk Pemulihan Ekonomi

Qurban artinya mengeluarkan kekayaan untuk membeli binatang ternak. Hal ini dalam ekonomi dapat menghasilkan multiplier effect. Outcome dari aktivitas ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani, memperbaiki protein publik, menaikan PDB, peningkatan ekonomi keseluruhan dan memperkuat modal sosial ditengah masyarakat.

Efek pertama QurbanMenyuntikan likuiditas dari sektor perbankan/keuangan ke sektor riil. Masyarakat mengeluarkan tabungannya (saving) baik deposito, aset valas, emas dan aset lainnya untuk membeli binatang ternak sepeti sapi, kambing, domba atau kerbau. 

Dengan begitu, likuiditas dari perbankan mengalir ke pelaku usaha dan sektor riil yang tadinya mengendap sebagai upaya berjaga-jaga kini beralih ke cash dan ditransfer menjadi produktif. Efek ini memperlancar nadi ekonomi yang tadinya berkumpul di satu kelompok atas tiba-tiba menyebar ke kelompok dibawahnya.

Efek Kedua Qurban, Meningkatkan bisnis lokal, menambah employment dari petani kecil dan peningkatan jasa angkut pelaku usaha kecil.

Efek ketiga Qurban adalah distribusi keadilan untuk semua. Daging kurban tidak difokuskan kepada satu umat saja melainkan untuk seluruh umat yang hidup di satu wilayah.

Efek Keempat Qurban, Menstimulus daya beli (Purchasing power) masyarakat dari urban (kota) ke rural (desa) terutama dari aktivitas turunan yaitu liburan pada hari raya Qurban. 

Masyarakat menunda aktivitas pulang kampung dan liburan pada Idul Fitri kemarin karena ada himbauan MUI untuk tidak mudik. Saat hari raya Qurban 2020 diprediksi peningkatan pulang kampung meningkat pesat apalagi tidak ada larangan dari Kemenhub dan Pemerintah. 

Pemudik Idul Adha diprediksi naik 50% dari biasa mencapai 66 ribu orang/tahun dapat menjadi 99 ribu jiwa. Peningkatan ini dapat menggerakan ekonomi lokal dan mendistribusi daya beli masyarakat lebih tinggi.

Nilai ekonomi. Meski covid19 menyebabkan kelesuan ekonomi, namun masyarakat tetap berqurban meski menurun sebagai bagian kewajiban agama. 

Total Umat Islam tahun 2020 di Indonesia adalah 230 juta jiwa. Bila asumsi sebelum covid ada 18-20% umat islam yang berkurban, kini diasumsikan sekitar 7-10% umat yang berkurban dengan rata-rata kambing/domba dengan harga Rp.2,5 - 4,6 juta maka potensi ekonomi sekitar Rp70 triliun sampai Rp107 Triliun yang melibatkan 2,3 juta hewan ternak atau setara 583 juta ton daging. 

Pengeluaran saat hari raya qurban tidak hanya untuk hewan ternak namun juga ada turunannya seperti bumbu, freezers, alat masak dan pisau, biaya liburan dan pulang kampung yang dilakukan saat hari raya qurban tersebut. Seluruh potensi nilai ekonomi yang dihasilkan dari hari raya Qurban, 10,11,12 dan 13 Dzulhijjah sekitar Rp127-153 Triliun.

Jelas sekali bahwa aktivitas Qurban dan Hari Raya Idul Adha tahun 2020 meningkatkan belanja rumah tangga (Household Spending) signifikan di saat public spending (daya serap fiskal pemerintah) yang tertahan birokrasi.

Strategi Penggunaan Motivasi Religi Untuk Memulihkan Ekonomi

Satu yang tidak boleh abai adalah mendekatan religi untuk memulihkan ekonomi. Pendekatan ini efektif disaat narasi-narasi Sri Mulyani, Erick Thohir dan Airlangga bisa dibilang sunyi dalam melakukan pendekatan motivasi religi dalam pemulihan ekonomi. 

Narasi ketiganya mengedepankan narasi stimulus yang menggunakan uang dari utang ataupun cetak uang. Padahal motivasi religi bisa dibilang zero burden terhadap neraca keuangan pemerintah.

Mengingat motivasi religi potensinya besar dalam membantu pemerintah melakukan pemulihan ekonomi, maka narasi pemerintah seharusnya menghindari menyinggung perasaan umat beragama di Indonesia. 

Narasi kontroversi dalam RUU HIP/BPIP yang mengganti Ketuhanan yang Maha Esa menjadi ketuhanan yang berbudaya tidak membantu upaya pemulihan ekonomi sama sekali. 

Ditambah kontroversi program Penggerak Organisasi Pendidikan yang menyebabkan 2 ormas islam terbesar NU dan Muhammadiyah keluar dan tidak bersedia ikut lagi POP menjadi contoh bagaimana tidak ada kesatuan gerak menjaga sensitivitas perasaan umat yang akhirnya melemahkan motivasi religi dalam pemulihan ekonomi.

Presiden Jokowi memiliki Wakil Presiden KH Maruf Amin yang juga merupakan Ketua MUI. Ke depan, Presiden Jokowi dapat memberikan kepercayaan kepada Wakil Presiden untuk menyusun kesatuan gerak pemerintah agar lebih sensitif menjaga perasaan umat untuk strategi penggunaan motivasi religi untuk pemulihan ekonomi.

Belajar dari Hari Raya Qurban tahun 2020 yang ternyata memberikan banyak inspirasi dalam pemulihan ekonomi maka sudah saatnya pemerintah menghimpun tokoh-tokoh agama berbicara untuk menggerakan umatnya membantu pemulihan ekonomi baik melalui peningkatan household spending, membantu pendistribusian kesejahteraan ataupun memotivasi bangsa melalui ulama, Romo dan pemangku agama untuk tenang, sabar terhadap musibah dari pandemi Covid19.

Resesi ekonomi di depan mata, terobosan-terobosan agar pada triwulan III 2020 pertumbuhan ekonomi tidak negatif lagi sangat diperlukan. 

Hari Raya Qurban memberikan inspirasi bagaimana motivasi religi dapat digunakan untuk memulihkan ekonomi, menggiatkan sektor riil sekaligus membantu meringankan beban sesama di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi.

END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun