Mohon tunggu...
Hidayat Harsudi
Hidayat Harsudi Mohon Tunggu... Akuntan - The Accountant

Tinggal di Kota Makassar - Auditor, Pemain Musik, dan Penikmat Film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebal Hoaks dengan Cara Ini

6 Januari 2019   15:14 Diperbarui: 6 Januari 2019   15:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, Andi Arief politisi dari salah satu partai ternama dibully netizen karena menyebarkan hoax. Hoax yang ia bagikan tak tanggung-tanggung. Lewat akun twitternya, ia ngetwit soal tujuh buah kontainer penuh kertas suara yang sudah dicoblos untuk pasangan Jokowi Ma'ruf. Cuitan itu belakangan terbukti  hoax dan sangat merugikan beliau serta koalisi Prabowo Sandi. Partai Solidaritas Indonesia bahkan menganugerahkan Kebohongan Award Awal Tahun 2019 kepada Andi Arief. Sungguh hal yang memalukan untuk orang sekelas wakil sekretaris jenderal partai.

Tapi mengapa orang sekelas Andi Arief yang bahkan pernah menjadi staff khusus kepresidenan bisa termakan hoax atau bahkan memproduksi hoax? Ternyata sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa orang yang sering menyebar hoax adalah orang berpendidikan tinggi. Wah ini gawat, semakin pintar kok semakin mudah tertipu. Di sini terbukti bahwa bersekolah setinggi apapun tidak mencegah diri kita dari termakan atau menyebarkan hoax. Sekolah saja tak cukup

Hoax sungguh mengganggu dan merusak kebenaran. Karena itu kita perlu melindungi  diri dari hoax. Ada beberapa tips yang bisa saya bagikan untuk terhindar percaya atau membagikan informasi hoax di dunia maya atau di dunia nyata.

Kenali ciri-cirinya

Pada dasarnya hoax adalah informasi yang terlalu baik untuk menjadi kebenaran dan terlalu buruk untuk menjadi kenaran pula. Misalnya kamu dapat informasi ditemukan harta karun VOC yang cukup untuk membayar seluruh utang Indonesia dan dibagi-bagikan kepada seluruh rakyat. Kamu harus waspada terhadap kebenaran informasi itu karena kemungkinan besar ia adalah hoax. Informasi itu terlalu berlebihan dalam memberitakan hal baik sehingga membuat kita  sangat senang dan keburu membagikan di media sosial. Begitu pula hal buruk. Informasi yang terlalu buruk untuk menjadi kenyataan juga berpotensi sebagai  hoax. Informasi yang buruk bahkan lebih banyak berterabaran.

Hoax sering mengandung ujaran kebencian kepada kelompok tertentu. Misalnya kamu mendapat berita yang berisi informasi Cina, Yahudi, Kristen atau siapapun kelompok itu yang bersekongkol untuk merusak Indonesia atau agamamu kemungkinan besar itu adalah hoax juga. Pembuat konten hoax bertujuan untuk menciptakan permusuhan, kebencian, kecemasan bagi si pembaca. Kamu harus hati-hati disini untuk tidak mudah terpancing memercayainya. Emosional kamu diuji disini. Hoax juga sering mengambil kutipan-kutipan tokoh terkenal untuk dipelintir seperti kasus Ahox tahun 2016 kemarin.

Selain ciri-ciri di atas, informasi hoax pada umumnya tidak memiliki sumber jelas yang bisa diminta klarifikasi atau pertanggungjawaban. Pencipta konten hoax biasa menggunakan blog-blog dan menyamarkan dirinya sebagai situs berita online. Untuk terhindar, sebaiknya kamu mengenali situsnya. Sudah berapa banyak berita yang ia muat, kapan pertama kali ia memposting, dan kejelasan kontributornya. Jika kamu menemukan situs berita online yang beritanya hanya beberapa pulu berita dan baru dibuat beberapa bulan yang lalu sementara kontributornya tidak jelas siapa, kemungkinan itu adalah  hoax.

Skeptis terhadap segala informasi

Hoax bisa diciptakan untuk terlihat sebenar mungkin. Informasinya sering menggunakan istilah-istilah akademis yang bahkan baru kita dengar dan asing bagi orang awam. Beberapa informasi hoax sangat meyakinkan dan kadang merujuk pada hasil penelitan seperti hoax flat earth. Nah, disini pentingnya kamu bersikap skeptis. Kamu harus bersikap kurang percaya atau ragu-ragu terhadap informasi yang kamu dapat terutama jika informasi tersebut sangat bertolak belakang dengan keyakinan umum.

Konfirmasi kebenarannya

Setelah kamu bersikap skeptis terhadap suatu informasi, kamu perlu melakukan konfirmasi terhadap kebenarannya. Ada banyak cara untuk konfirmasi, kamu bisa melakukan pencarian di google dan membandingkan beberapa informasi yang kamu dapat. Kamu juga dapat membaca penelitian atau jurnal-jurnal jika informasi yang kamu curigai menggunakan bahasa-bahasa akademis. untuk lebih mudahnya, kamu bisa buka turnbackhoax.id  atau tirto.id untuk mengecek informasi yang kamu dapat.

Bagikan Kebenarannya

Sekarang kamu sudah tahu informasi tadi adalah informasi hoax. Nah sekarang tugas kamu untuk mengklarifikasi dan menyampaikan kebenarannya kepada semua orang. Hal termudah untuk memberitahu orang-orang adalah menulis bahwa informasi tersebut adalah hoax. Setelah menuliskan di kolom komentar atau lewat percakapan pribadi, biasanya si penyebar hoax atau calon korban hoax akan mulai skeptis dan mulai mencari kebenarannya sendiri. Nah, untuk lebih bagusnya, kamu bisa lampirkan link url klarifikasi berita hoax itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun