Mereka tidak sedikitpun bertanya tentang soal yang tidak bisa ia kerjakan atau jawaban dari soal-soal tersebut. Bagi kelompok siswa ini yang paling penting adalah mendapat nilai kemudian lulus. Pemahaman terhadap materi tidak penting bagi mereka.
Inilah akibat dari sistem pendidikan yang hanya menghargai kemampuan siswa berdasar pada nilai yang mereka dapatkan. Perolehan dari nilai tersebut dikesampingkan. Nilai yang tinggi sangat dijunjung oleh orang tua. Siswa yang mendapat nilai rendah akan dicap bodoh dan siswa yang mendapat nilai tinggi akan dipuja.
Setidaknya itulah model pendidikan di sekolah dasar dimana siswa dituntut untuk mendapat nilai yang tinggi tanpa memerhatikan kemampuan siswa tersebut. Siswa yang tertinggal pada satu materi pelajaran dicap bodoh hingga mereka stress dan memutuskan menyontek kepada temannya agar orang tuanya senang.
Apa yang mereka pelajari waktu sekolah dasar tentang bagaimana cara menyenangkan orang tua dengan mendapat nilai yang tinggi meskipun harus menyontek diteruskan sampai SMA. Kebiasaan yang terus diulang-ulang hingga mereka lupa pentingnya pemahaman materi pelajaran ketimbang nilai yang didapat.
Sudah saatnya kita berbenah, agar sekolah tidak lagi menjadi panggung tempat siswa bersandiwara. Memulai dengan menghargai apapun hasil dari anak kita sembari terus memberi mereka semangat. Memberikan penghargaan saat mereka berhasil mencapai targetnya sendiri tanpa melakukan tindakan kecurangan.
Terakhir, memberi mereka pemahaman bahwa nilai hanya sebuah angka yang tidak mampu menggambarkan kemampuan kita yang sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI