Ungkapan "Atine kang manungggal deneng Gusti Allah kang tunggal" mencerminkan filosofi spiritual Jawa yang mendalam. Secara harfiah, kalimat ini berarti "hati yang menyatu dengan Tuhan yang Esa." Dalam konteks spiritual Jawa, ini merujuk pada kondisi di mana seseorang telah mencapai kesatuan dengan Tuhan, di mana hatinya benar-benar selaras dan terhubung dengan kehendak serta keberadaan Tuhan yang Maha Esa.
Ini bukan sekadar hubungan fisik, melainkan hubungan batiniah yang mendalam, di mana seseorang tidak hanya mengenal Tuhan, tetapi juga merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Manunggaling kawula lan Gusti, atau bersatunya hamba dengan Tuhan, adalah tujuan tertinggi dalam spiritualitas Jawa, di mana manusia berusaha untuk menghilangkan ego dan keinginan duniawi demi mencapai kesatuan yang sempurna dengan Tuhan.
Filosofi ini banyak dijumpai dalam ajaran Sufisme dan ajaran kejawen, yang menekankan pentingnya meditasi, pengendalian diri, dan penyerahan total kepada Tuhan sebagai cara untuk mencapai kondisi spiritual tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana prinsip "Atine kang manungggal deneng Gusti Allah kang tunggal" bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Kehidupan Sederhana dan Penuh Syukur
  - Contoh: Seorang petani yang bekerja keras setiap hari di sawahnya, menerima hasil panen dengan penuh syukur, tanpa mengeluh atau merasa kurang. Dia percaya bahwa rezeki yang didapatkan adalah kehendak Tuhan, baik itu banyak atau sedikit. Petani ini selalu ingat untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala anugerah yang diberikan, dan hidupnya sederhana serta penuh rasa terima kasih.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Petani ini menunjukkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dimiliki berasal dari Tuhan, dan dia tidak merasa sombong atau iri terhadap orang lain. Hatinya menyatu dengan Tuhan karena dia selalu bersyukur dan menerima segala yang datang sebagai bagian dari rencana Ilahi.
2. Kehidupan yang Selalu Menjaga Niat Baik
  - Contoh: Seorang guru yang mengajar dengan niat untuk mendidik murid-muridnya agar menjadi orang yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Dia tidak mengajar hanya demi gaji atau pengakuan, tetapi karena merasa ini adalah panggilan Tuhan untuk membimbing generasi muda. Setiap harinya, dia memulai dengan doa agar diberi petunjuk dan kekuatan untuk mendidik dengan baik.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Guru ini menyatukan hatinya dengan Tuhan melalui pekerjaannya, menganggap tugas mengajar sebagai bentuk ibadah dan pengabdian. Dia bekerja dengan niat tulus untuk menjalankan amanah dari Tuhan.
3. Kehidupan yang Mengutamakan Kepentingan Orang Lain
  - Contoh: Seorang dokter yang merawat pasien dengan penuh kasih sayang, tanpa membedakan status sosial atau kemampuan finansial mereka. Ketika menghadapi pasien, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik dan memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan pasiennya. Bahkan dalam kondisi sulit, dokter ini tetap tenang dan tabah, meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Dokter ini mencerminkan hati yang menyatu dengan Tuhan karena dalam pekerjaannya dia tidak mementingkan diri sendiri, melainkan selalu memikirkan kesejahteraan pasien. Baginya, pekerjaan ini adalah cara untuk melayani Tuhan melalui melayani sesama manusia.
4. Kehidupan yang Penuh Kebijaksanaan dan Kesabaran
  - Contoh: Seorang pemimpin komunitas yang menghadapi berbagai masalah di lingkungannya, seperti perselisihan antarwarga atau masalah sosial lainnya. Alih-alih marah atau bertindak gegabah, pemimpin ini selalu mengedepankan dialog dan mencari solusi yang damai. Dia memohon petunjuk Tuhan dalam setiap keputusan yang diambil, dan selalu berusaha bertindak adil serta bijaksana.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Pemimpin ini menunjukkan bagaimana hatinya menyatu dengan Tuhan melalui kebijaksanaan dan kesabarannya dalam menghadapi masalah. Dia tidak bertindak atas dasar emosinya sendiri, tetapi selalu mengutamakan kehendak Tuhan dan kebaikan bersama.
5. Menjalani Kehidupan dengan Kerendahan Hati
  - Contoh: Seorang pengusaha sukses yang tetap rendah hati meskipun telah mencapai kesuksesan besar. Dia tidak lupa asal-usulnya dan selalu ingat bahwa semua kekayaan dan kesuksesan yang dimiliki adalah pemberian Tuhan. Pengusaha ini sering beramal, membantu mereka yang kurang beruntung, dan menjalankan bisnisnya dengan etika yang tinggi.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Pengusaha ini menyadari bahwa kesuksesan bukanlah miliknya semata, melainkan hasil dari berkah Tuhan. Dengan hati yang menyatu dengan Tuhan, dia menjalankan bisnisnya bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk memberi manfaat bagi banyak orang.
6. Penerimaan dan Ketabahan dalam Ujian Hidup
  - Contoh: Seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam sebuah kecelakaan. Meskipun sangat sedih, dia menerima kejadian tersebut sebagai takdir Tuhan. Dia tidak marah atau menyalahkan siapa pun, melainkan berdoa dan tetap berusaha menjalani hidup dengan sabar serta ikhlas. Ibu ini yakin bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar.
  - Manunggaling Kawula lan Gusti: Dalam kesedihan, ibu ini menunjukkan bagaimana hatinya menyatu dengan Tuhan. Dia menerima cobaan hidup dengan sabar, meyakini bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik, dan tetap berpegang teguh pada iman.
Setiap contoh di atas menunjukkan bagaimana prinsip "Atine kang manungggal deneng Gusti Allah kang tunggal" dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Kuncinya adalah hidup dengan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, menjalankan hidup dengan niat yang baik, penuh syukur, dan penyerahan diri kepada kehendak Ilahi. Dalam setiap tindakan dan keputusan, seseorang yang hatinya menyatu dengan Tuhan akan selalu mencari petunjuk dan menjalani hidup dengan kebijaksanaan serta cinta yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H