Mohon tunggu...
nurul hidayat
nurul hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Urgensi Filsafat Administrasi dalam Sebuah Kepemimpinan

22 Oktober 2015   12:32 Diperbarui: 22 Oktober 2015   18:23 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Dewasa ini fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa banyak polemik terjadi di kepemimpinan sebuah organisasi,mulai dari anggotanya sering intervensi terhadap keputusan atau kebijakan pemimpinya,anggota merasa termarginalkan atau dengan kata lain ia berasumsi bahwa pemimpinya mengekploitasi jabatannya(mengatasnamakan kepentingan organisasi padahal kepentingan pribadi),dan terjadinya kesenjangan sosial antara anggota dengan pemimpin,dimana hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh James Burham: revolusi politik dan sosial akan timbul dan diselesaikan, akan tetepi akan ada revolusi pada abad modern ini yang tidak akan pernah selesai yaitu “managerial revolution’’ yang akan menimbulkan suatu kelas terpenting dalam masyarakat yaitu ‘The Managerial class’’ dan hal ini implikasinya jelas akan menghambat bahkan bisa berakibat fatal terhadap visi misi atau tujuan sebuah organisasi.

Menurut hemat saya hal demikian solusi salah satunya adalah seorang pemimpin harus bisa mengimplementasikan dan mangerti apa sebenarnya hakikat dari Filsafat Administrasi, mangingat memang betapa urgennya pendidikan Filsafat Administrasi bagi Mahasiswa yang memang sebagai calon leadhership,agen of change dan agen of control,karena memang didalam Filsafat Administrasi ada yang namanya Teori X, Y, Z . dan sebulum kita membahas lebih jauh tentang Teori X, Y, Z.Kita harus terlebih dahulu mengetahui apa arti dari Teori tersebut.

X: Diasumsikan sebagai sifat yang negative

Y: Diasumsikan sebagai sifat yang positive

Z: Penggabungan/pencampuran antara teori X dengan teori Y

 

Dan saya rasa seorang pemimpin harus bisa mengkorelasikan ketiga teori diatas dan menjadikannya sebagai sebuah landasan,atau dengan kata lain kadang seorang pemimpin disuatu sisi perlu mengaplikasikan teori X atau anggaplah sikap otoriter supaya anggotanya tidak melalaikan peraturan yang telah disepakati dalam sebuah organisasi,dan terkadang juga seorang pemimpin perlu mengaplikasikan teori Y atau anggaplah sikap demokrtis,atau dapat diartikan kedudukan/pemimpin dalam sebuah organisasi dianggap hanya sebatas formalitas dimana hal itu orientasinya tiada lain supaya tidak ada kesenjangan sosial dan terciptanya kesolidan dalam sebuah organisasi. dan pasti yang menjadi pertanyaan besar dalam benak kita adalah: apakah seorang pemimpin hanya perlu mengaplikasikan teori Z? Perlu kita ketahui bersama bahwasanya teori Z memang menggabungkan antara teori X dengan Y tapi ia bingung kapan mau bersikap otoriter,liberal,dan demokratis dengan kata lain ia tidak bisa mengimplementasikannya. Dan dapat kita tarik benang merah bahwasanya dalam sebuah organisasi pasti bisa mencapai visi misinya,jika pemimpinnya dapat mengkorelasikan teori X, Y,dan Z.

 

 

 

 

 

 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun