Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat Nasution
Rahmat Hidayat Nasution Mohon Tunggu... -

Pencinta tulis menulis dan literasi\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Hati Selalu Bercahaya

15 September 2010   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Rahmat Hidayat Nasution

“Bergaulah dengan ulama dan dengarkanlah perkataan hukama. Maka sesungguhnya Allah Swt. menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Allah menghidupk.an tanah yang mati dengan air hujan”

Membaca hadits Rasulullah di atas, membuat kita merasa perginya Ramadhan beberapa hari lalu seakan meninggalkan mutiara indah. Keindahan mutiara itu cukup tampak dari selalu hidupnya hati kita selama Ramadhan dengan ‘kilauan’ zikir, mendengarkan ceramah, tadarus al- Qur’an, i’tikaf dan beragam aktivitas ibadah lainnya. Kenapa hati kita bisa menjadi terang benderang bagaikan di sinari bulan purnama? Jawabannya, karena kita menjalani apa yang dikatakan Rasul Saw. dalam hadits tersebut

Dekatnya dengan ulama dan aktifnya mendengarkan perkataan hukama tak diragukan lagi akan menjadikan pribadi kita makin takwa kepada Allah Swt. Karena posisi ulama adalah sebagai pewaris nabi yang, tak pelak lagi, selalu mengajarkan apa yang dititipkan Rasulullah untuk diajarkan kepada umatnya. Lantas, siapakah yang dikatakan hukama? Dalam syarah kitab Nashaihul ‘Ibad yang dikarang oleh imam Nawawi Albantani disebutkan, bahwa hukama adalah ahli hikmah yang mengetauhi Zat Allah Swt, selalu tepat ucapan dan perbuatannya. Sedangkan hikmah adalah ilmu yang bermanfaat. Adapun ulama adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya.

Bergaul dengan ulama sudah dapat diprediksikan kita akan selalu menemukan ilmu-ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, kita pun akan mendapatkan percikan keliaun kemuliaan. Karena sosok ulama tak pelak lagi akan selalu mulia di mata manusia. Cukup banyak karunia Allah yang akan ditemukan saat bergaul dengan ulama.

Selain bergaul dengan ulama, kita juga harus aktif mendengarkan perkataan hukama agar kita makin dekat dengan Allah. Karena para ahli hikmah akan selalu menata hatinya untuk selalu tunduk dan patuh sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Swt. Bahkan, ada sebagaia hukuma yang senantiasa membangun dirinya dengan meniru sifat-sifat Allah, seperti ar-rahman (pemurah), ar-rahim (penyayang), al-muhaimain (pemelihara) dsb. Ia sungguh-sungguh memantapkan diri untuk menyatakan bahwa apapun yang terjadi di dunia ini karena izin Allah. Awal dan akhir pekerjaan senantiasa berdoa dan menyerahkan segala hasil usahanya kepada Allah Swt. Namun, seorang hukuma tidak akan pernah menjadi orang fatalis, yang dengan mudahnya menyerahkan semua urusannya kepada Allah.

Ahli hikmah tahu bahwa Allah menyuruh hambanya berusaha dan apa yang di inginkan sudah tentu selaras dengan apa yang diusahakan. Tapi, hukama tetap berkeyakinan bahwa usaha untuk bisa mencapai apa yang diinginkan itu datangnya dari Allah Swt.

As-Sahrawardiy, seorang ulama yang taat pernah berkeliling di sekitar mesjid al-Khaif yang ada di Mina. Saat berjalan dia melihat seluruh tingkah laku orang yang ada di Mesjid itu. Dia pun tak luput bertanya kepada orang yang dilihatnya mengapa melakukan aktivitas tersebut di dalam Mesjid. Setelah mendengar jawaban, ia selalu berkata: sesungguhnya Allah memiliki dua orang yang jika memandang dan dekat dengannya akan mendatangkan kebahagian. Mereka adalah orang alim dan hukama.

Namun, kebahagiaan yang diceritakan As-Shawardiy tidak akan pernah terus ada di dunia ini. Karena Rasulullah memprediksikan suatu masa umatnya akan menjauh dari ulama. Rasulullah Saw. bersabda:” Suatu saat akan hadir di dalam kehidupan umatku mereka lari dari para ulama dan fuqaha. Maka Allah pun akan menimpakan tiga bencana kepada mereka: Pertama, dicabut Allah keberkahaan dari usaha mereka. Kedua, Diberikan Allah kepada mereka penguasa yang zhalim. Ketiga, mereka meninggalkan dunia ini tanpa membawa iman.

Na’uzubillah, jika kita berada dalam saat atau masa yang diprediksikan Rasulullah. Karena ketika hati mati, otomatis cara berpikir kita pun tak lagi jernih bagaikan air bening. Tarbiyah sebulan bersama Ramadhan telah memberikan kita pelajaran bahwa jika hati ingin selalu hidup bagaikan tanah mati disirami air hujan, segeralah bergaul dengan ulama. Juga, lebih aktif mendengarkan perkataan hukuma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun