Mohon tunggu...
Hidayat Tutupoho
Hidayat Tutupoho Mohon Tunggu... Freelancer - PENGANGGURAN BANYAK ACARA

Bola Gitar

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kembalikan Senyum yang Kau Pinjam dari Bibirku

30 Januari 2024   20:15 Diperbarui: 30 Januari 2024   20:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, akan kugantikan semua senyum yang ia bawa lari." jawabku.

Perempuan muda itu antusias mendengar kata-kataku. Semacam tak percaya, dia gemetar dan suhu tubuhnya bagai diserang virus mematikan. Lagi-lagi aku bingung dan tak mampu bicara. Pada akhirnya, kondisinya membaik dan melempar senyum manja tepat ke arahku. Hening seketika, dan mata kami saling berpandangan.

Paduan suara jangkrik terdengar di kejauhan menandakan malam semakin malam. Aku bergegas pergi, belum lama berjalan, ada teriakan "Kembalikan senyum yang kau pinjam dari bibirku," Pintanya.

"Haaaaa, senyum yang mana? Oh, mungkin yang tadi," gemuruh percakapan di hatiku.

Karena aku bukanlah lelaki pengecut, maka aku kembali dan meminta handphone-nya, memilih aplikasi kamera, masuk dan kecreeek, kupotret diriku yang tersenyum manis dan benar-benar berlalu meninggalkannya.

Beberapa hari berikutnya, secara tak sengaja kami bertemu di bawah pohon rindang yang biasa dibanjiri anak-anak selepas menerima mata kuliah. Awalnya, kami biasa-biasa saja, masing-masing menerjang canda dan tawa bersama teman-teman. Tak berselang lama, dia berjalan lekas memburuku, aku dilanda rasa panik berlebihan, entah apa yang akan dia lakukan.

Dia datang meminta izin ingin mengajakku pergi. Ternyata, dugaanku benar, kepergianku kemarin masih membekas di ingatannya. Kami melangkah dengan santai menuju taman kampus, dan sesampainya di sana, dia menyesal atas tingkahnya pada malam itu.

"Maaf ya, waktu itu suasana batinku sedang goyah. Maklumlah, perempuan mana yang bisa tabah melepas kepergian kekasihnya?"

"Santai, aku paham betul keadaanmu. Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyaku memotong rasa bersalahnya. "Oh, tentu saja baik, dong." serunya.

Keasikan menambal tanya, lusin-lusin menit terlewati tapi cerita kami masih berlanjut. Hingga matahari hampir menepi, barulah saling tukar nomor telepon.

Sebelum berpisah, dia berkata "Semoga di chat WA, kau sudi memberi senyum padaku. Yakinlah, takkan kupinjam senyummu." dia kembali tanpa membawa senyum yang telah kupinjam dari bibirnya.

Ambon, 2021

ABANG_P

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun