Hujan deras mengguyur semesta. Banyak orang sibuk merayakan nikmat sederhana dari sang pencipta itu. Segerombol bocah-bocah menari riang mengikuti rinai yang membasah sekaligus membasuh. Sungguh indah potret kehidupan masa kecil. Sayangnya, waktu sulit diputar lagi ke pengaturan awal.
Tumbuh kembang anak-anak berlangsung tanpa beban (dunia main). Landscape berbeda dituai ibu/bapak di rumah. Saling diam-diaman apabila putaran hidup memasuki tanggal tua, utamanya ibu-ibu.
Walaupun janji suci telah diikrarkan sebagai tanda siap hidup susah senang. Namun hidup terlampau berat dijalani dengan tangan kosong---apalagi dompet kosong.
Senja hampir menjadi ufuk di kaki langit. Ada keluarga yang baru sebulan menikah terlibat adu mulut gegara tak punya santapan untuk mengganjal perut.
"Cinta, Abang sudah lapar. Mana makanan?" teriak Malik kepada istrinya yang bersantai di kamar.
Meski mendengar jelas teriakkan suaminya, Jubaeda enggan menjawab. Dirinya tampak tenang menggenggam handphone sambil melihat alat kosmetik di aplikasi-aplikasi kekinian yang lagi banjir diskon seperti Ladada dan Toser (aplikasi baru di Konoha).
Tak tahan, lelaki berkumis layaknya Gulsam di film India itu menghampiri istrinya. "Suami lagi lapar, eh perempuan bisanya cuma enak-enakkan di kamar," sindirnya.
Masih diam saja. Jubaeda semakin melototi barang-barang yang dipromo. Sesekali tampak memperhatikan Malik, jangan sampai ada gerakan tanpa bola (pukulan atau tendangan putar).
Emosi meletup-letup, bertingkah seolah-olah tak mendengar sesuatu memancing amarah. Wajah Malik berubah 180 derajat, berbeda dari biasanya.
"Mau apa sih? Kok ngga ada jawaban atau tindakan. Lapar...lapar...lapar," ucapnya.
Jiwa buas Jubaeda menggelora. Naik pitam hingga ubun-ubun. Segala keresahan diluapkan, wajahnya tampak menggerutu. "Memangnya bulan ini berapa duit yang kamu kasih? Enak saja, sebelum tanya, sadar diri dong," ejeknya menikam dada.