Kutulis syair ini menggunakan tinta dan pelepah daun rumbia terakhir di muka bumi
dari atas haluan kapal yang melaju membelah ombak
hati dan pikiranku masai
membayangkan sosok perempuan yang namanya kusebut di dalam skripsi
entah kenapa, angin di tengah laut terasa begitu panas malam ini
apa sebenarnya maksud semesta?
Kutulis syair ini dari bahasa yang sungguh tak dimengerti umat manusia
saat pagi merekah, langit dipenuhi warna abu-abu daripada biru
tapi segalanya masih terlihat indah
ada lereng lava, pulau Karaka, dan benteng Belgica
meski sudah lama nian Syahrir pergi
Banda, "kita" saling menemukan satu sama lain!
Kutitip hari-hari selanjutnya di suatu ruang paling rahasia di bawah---Nassau
sumpah, tiada satu makhluk pun tahu
kecuali Hatta
Neira, 2024
ABANG_P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H