Peluh menceritakan kisahnya semalam tadi
Hingga mentari menjilati sekujur fajar pagi
Nian itu masih berdengung menjilati hati
Ada bongkahan asa yang melepuh pasi
Meski saat kurasakan bibirmu melumatku
Menari riang dalam alam fantasiku
Mengalir lewat aliran darahku
Dan berhenti pada satu titik kebekuan dalam dagingku
Tak ada imajinasi seindah dirimu
Tak mampu pula sang Cleopatra meruntuhkan pesona
Meski kutahu camar enggan berbisik di balik sarangnya
Kau tetap seperti warna pelangi dalam mendung itu
Tak ada yang menguasai atas kehendakmu
Tak terkecuali kerdil-kerdil itu
Emas tak seduduk dengan perak
Kapas takkan setara benang
Tapi cinta itu begitu buta, kawan
Tak ada beda gelas dan cawan
Ia samar, seduduk, setara dalam sejarah cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H