Salah satu warisan seni budaya bangsa kita yaitu Batik. Siapa yang tidak kenal Batik khas Yogya, Solo, Pekalongan. Tapi adakah yang mengetahui bahwa Betawipun juga punya batik?
Sayapun nggak mengira bahwa Betawi yang terkenal dengan seni Tanjidor ternyata juga mempunyai batik. Wah..menarik juga ya, jadi penasaran motif dan ciri khas warna batiknya seperti apa.
Kesempatan mengunjungi bahkan ikut mempraktekkan cara membatik, saya dapat melalui Ladiesiana Minggu pagi tadi. Batik Betawi Terogong yang berlokasi di Jalan Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan ini ternyata sudah ada sejak lama namun tidak begitu dikenal.
Adalah ibu Siti Laela yang juga seorang pengajar Bahasa Inggris yang kini sebagai generasi kedua penerus warisan budaya Batik Betawi Terogong ini.
Masyarakat Betawi di sekitar pemukiman Terogong ini dahulunya adalah bertani dan bercocok tanam. Di sela kesibukannya bertani, ada yang menekuni kegiatan membatik ini.Â
Batik Betawi memang tidak seterkenal batik-batik di daerah Yogya dan Jawa Tengah. Hal ini yang membuat sedih ibu Laela. Ketika pada tahun 2012 Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta mengadakan pelatihan dalam rangka mengangkat citra batik Betawi, ibu Laela tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Dengan belajar khusus selama 3 bulan yang mendatangkan ahli batik dari Pekalongan, ibu Laela bertekad untuk memajukan dan melestarikan batik Betawi.
Motif dan warna batik Betawi memang lain dari batik yang lain. Warna yang cerah ceria mendominasi motif batik Betawi. Begitu pula dengan motif yang tidak jauh dari ikon Betawi, yaitu ondel-ondel dan Monas. Untuk motif lain, ibu Laela juga membuat motif flora seperti uribang (kembang sepatu), bunga pihong (daun pacar), semanggi, jali-jali, dan tapak dara.
Khusus motif, ibu Laela bahkan sengaja membuat desain motif Betawi ondel-ondel Maudy yang terlihat lebih manis dan girly. Motif tersebut dibuat dari nama seorang artis dan public figur sekaligus None Betawi, Maudy Koesnaedi yang ingin ondel-ondelnya lebih sweet dan tidak menyeramkan.
Dari yang semula hanya mendapatkan beberapa pesanan saja, kini ibu Laela dan Batik Betawi Terogongnya mulai dikenal, bahkan hingga dipesan oleh turis mancanegara seperti Jepang, Korea.Â
Selain menerima pesanan, Batik Betawi Terogong juga menerima pelatihan membatik. Mulai dari anak-anak hingga dewasa dengan minimal jumlahnya 30 anak.
Ibu Laela mengatakan sekarang ini perajin batik yang berada di Batik Betawi Terogong berjumlah sekitar 15 orang yang merupakan warga di sekitar Batik Betawi Terogong. Ibu Laela ingin ibu-ibu di sekitarnya dapat produktif dan ikut membantu perekonomian keluarga.
Tidak mudah untuk menjadi pembatik, dibutuhkan ketelitian, keuletan dan kesabaran. Bisa dibayangkan proses yang harus dilakukan untuk menjadikan sehelai kain batik. Mulai dari melukis motif di kain, melukiskan dengan malam (lilin khusus batik),hingga pewarnaan dan pembilasan.
Saya dan rekan Ladiesiana yang lain merasa antusias sekali mendapat tawaran praktek langsung membatik ini. Ternyata untuk memegang cantingnya saja ada teknik khusus supaya cairan malam tidak menetes kemana-mana.
Bahkan teknik menorehkan malam ke pola yang sudah tersedia juga ada tekniknya. Itulah sebabnya mengapa harga sehelai kain batik bisa berharga tinggi karena proses pembuatannya, didukung pula oleh jenis kainnya. Semakin bagus akan semakin mahal. Beda kain biasa, dengan kain sutra.
Saya yang memang baru belajar membatik bisa merasakan effortnya membuat batik yang hanya seukuran sapu tangan. Bagaimana para perajin yang hingga berhari-hari menyelesaikan pesanan kain batik.
Saya suka miris bila melihat ada saja orang yang masih memandang sebelah mata seni kerajinan lokal kita. Jangan sampai menyesal karena seni budaya kita diakui negara lain, sementara dari kitanya sendiri kurang menghargai.
Yuk mulailah kita mencintai negri kita Indonesia dengan mencintai hasil seni budayanya. Jika bukan kita, siapa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H