Janganlah kau bosanÂ
Sungguh aku seorang saksi yang indahÂ
Sang maha pencemburu telah sembunyikankuÂ
Dibalik sebuah cadarÂ
Pada hari ini ku tanggalkan cadar raga iniÂ
Akan kau saksikan bagaimana cemburunyaÂ
Rembulan dan bintang-bintang padakuÂ
Basuhlah wajahmuÂ
Dan murnikanlah dirimuÂ
Sehingga kau bisa saksikan akuÂ
Atau menjauhlah  engkau darikuÂ
Karena aku adalah  saksi bagi diriku sendiriÂ
Aku bukanlah saksiÂ
Yang esok akan bungkuk sebab tuaÂ
Aku akan selalu muda, menyegarkanÂ
Dan enak dipandangÂ
Jika cadar raga ini melapukÂ
Sang saksi takkan beranjak menuaÂ
Masa pakai cadar raga akan berakhirÂ
Tapi kami selamanya hidupÂ
Ketika iblik melihat cadar raga AdamÂ
Ia menolaknyaÂ
Adam berkata padanyaÂ
"Engkaulah yang tertolak bukan aku"Â
Sementara para malaikat bersujudÂ
Dengan berkata "kami telah temukan seorang saksiÂ
Dibalik cadarnya terdapat sosok pujaanÂ
Yang sifat-sifatnya mempesona akal kamiÂ
Maka kami bersujud padanya
Jika kecerdasan kami tidak dapat membedakanÂ
Seorang saksi dengan para dukun  yang berbau busukÂ
Maka kita telah memberontak  pada cinta sang kekasihÂ
Apakah kedudukan seorang saksi!Â
Ia bagaikan singa TuhanÂ
Kami pakai istilah kekanak-kanakan ini
Karena kami sedang berbicara dengan anak-anak
Yang baru belajar membacaÂ
Anak-anak gampang dibujukÂ
Dengan kembang gula atau manisanÂ
Sebenarnya apa urusan kami bicarakan soal  jajanan!Â
Jika dalam perang dijalan AllahÂ
Datang seorang nenek tua  yang menyamarÂ
Memakai baju ziarah yang tertutup sampai kepala
Dengan berkata "akulah Rustomi"Â
Maka dari gerakannya semua orang  akan tahuÂ
Dia sebenarnya  seorang perempuanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H