Mohon tunggu...
Halwa Khairani
Halwa Khairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Punya ketertarikan di bidang seni dan bahasa. Lebih suka mendengar daripada berbicara sehingga tulisan dan grafis adalah bahasa andalan. Berkeinginan untuk berkontribusi di industri kreatif dan dunia konseling.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dua Sisi Meme dalam Kampanye Pemilu 2024

27 September 2024   11:09 Diperbarui: 27 September 2024   11:12 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, kembali lagi pada pernyataan soal kredibilitas politik. Tentu saja bukan hal mustahil bahwa upaya humoris ini mengundang risiko tertentu. Salah satu risiko menggunakan meme dalam kampanye adalah risiko misinterpretasi. Meme yang tidak dipahami dengan benar dapat menimbulkan umpan balik negatif. Tidak semua orang menyepakati bahwa pesan A berarti A. Ada yang mengartikannya sebagai A1, A2, atau seterusnya. Konteks singkat membuat meme tidak memiliki indikator konkret untuk mengukur tingkat pemahaman audiens sebagai penikmatnya. Tidak meratanya pemahaman dapat menghambat kelancaran demokrasi sehingga audiens lebih rentan terpengaruh oleh hoax atau informasi palsu. Kasus yang sering naik ke permukaan selama kampanye Pemilu 2024 hingga pasca pelantikan pemimpin baru menunjukkan pemaknaan istilah yang berbeda antara satu kubu dengan kubu lainnya. Hal ini tidak jauh menurun dari penggunaan meme sebagai media informasi dan komunikasi terbuka antara para kandidat dengan rakyatnya.

Kita bisa menelaah sedikit contoh. Kandidat calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, mendapat sebutan populer dari audiens media sosial yakni Abah Anies. Istilah ini merujuk pada panggilan Anies Baswedan dari anak-anaknya. Lama kelamaan, istilah tersebut menyebar dari mulut ke mulut, caption ke caption, hingga postingan ke postingan. Para pendukung pasangan calon nomor urut 1 kemudian mengadopsi panggilan tersebut sebagai ungkapan keakraban dengan Anies Baswedan. Audiens kemudian merepresentasikan pendukung kandidat kelahiran 7 Mei 1969 tersebut dengan sebutan Anak Abah. Tak lama kemudian, para pendukung mulai mengakrabkan diri dengan julukan tersebut, baik di dunia digital maupun dunia nyata. Anak Abah menjadi julukan kebanggaan karena terasa adanya kedekatan antara kandidat dengan pendukung. Meskipun demikian, julukan Anak Abah juga mengundang partisipan politik dari pendukung kandidat lain. Keragaman sudut pandang yang kontras menimbulkan sangkut paut akan hal-hal personal. Alhasil, meme ini dapat beralih menjadi bahan hinaan untuk menjatuhkan citra pihak lain. Istilah tersebut menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi sebab adanya multifungsi yang menimbulkan dua makna berbeda.

Sumber: medcom.id
Sumber: medcom.id

Contoh fenomena serupa juga terlihat saat ilustrasi karakter Skipper dalam serial kartun Penguins of Madagascar menjadi perbincangan hangat di kalangan pendukung kandidat calon presiden nomor urut 3, yakni Ganjar Pranowo. Kehadiran ilustrasi penguin sendiri mulai menjadi tren di kalangan pendukung Ganjar Pranowo sejak permintaan seorang pendukung untuk mengadakan sesi bincang-bincang dalam platform TikTok. Tanpa disangka, Ganjar Pranowo membalas dengan ilustrasi Skipper sedang memberi hormat. Akan tetapi, meme tersebut awalnya muncul dari sebuah satir yang dibuat oleh audiens digital di media sosial. Saat masa kampanye, pernyataan kandidat nomor urut 3 mengenai preferensi video dewasa sempat menjadi perdebatan. Beberapa orang menganggap itu sebagai candaan, namun tidak sedikit pula yang menentang pernyataan tersebut karena adanya alasan kredibilitas yang valid. 

Ilustrasi penguin ini kemudian melekat sebagai representasi sosok Ganjar Pranowo di mata audiens. Para pendukung kandidat nomor urut 3 ini mengadopsi istilah tersebut untuk turut serta dalam menyukseskan kampanye politik yang dijalankan dukungannya. Lambat laun, audiens mulai terbiasa dan menemukan kemiripan antara penggunaan meme ini dengan kepribadian Ganjar Pranowo yang santai. Operasi Penguin bahkan menjadi ajang kampanye kreatif dengan Pasukan Penguin sebagai jajaran pendukungnya.

Sumber: limapagi.id
Sumber: limapagi.id

Kedua studi kasus tersebut membuahkan hasil analisis yang jelas akan pengaruh meme terhadap kredibilitas kampanye politik. Meme berhasil mempertahankan kepercayaan audiens. Dalam konteks ini, meme menjaga peningkatan partisipasi audiens dalam mengolah informasi terkait perkembangan kampanye politik. Dalam kasus pertama, istilah 'Anak Abah' yang disematkan kepada pendukung Anies Baswedan menunjukkan sisi kedekatan antara kandidat dengan masyarakat yang menjadi pendukungnya. Sementara itu, penggambaran ilustrasi penguin dalam setiap strategi politik Ganjar Pranowo menumbuhkan image keterbukaan sekaligus menetralisir stigma negatif.

Namun terlepas dari efektivitasnya dalam menggaet banyak audiens di media sosial, meme juga menjadi boomerang yang dapat mengancam balik reliabilitas politik. Kegiatan politik adalah acara resmi. Sulit untuk mengatakan bahwa membaurkan political action dengan media non-resmi adalah hal yang biasa dilakukan. Gambaran peran yang baik patutnya tercermin dari respons seorang pemimpin terhadap berbagai macam segmentasi pesan. Apabila titik fokusnya dikembalikan lagi pada strategi efektif dan efisien, kita akui saja bersama-sama bahwa perkembangan zaman mempercepat perubahan gaya komunikasi di era sekarang. 

Secara keseluruhan, efektivitas meme dalam penyampaian pesan kampanye politik tergantung pada proses penerimaan dan pemahaman target audiens, serta konteks dan tujuan penggunaannya. Meme yang satir atau hiburan mungkin tidak selalu efektif dalam mempengaruhi opini publik, tetapi meme yang dirancang untuk edukasi atau meningkatkan aksesibilitas informasi dapat memberi lebih banyak manfaat.

Referensi

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun