Mohon tunggu...
Hiacinta Resivenda Putri Aruni
Hiacinta Resivenda Putri Aruni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya merupakan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Dilema Jurnalisme di Era Artificial Intelligence (AI): Otomatisasi Berita atau Integritas Berita?

21 Oktober 2023   11:01 Diperbarui: 21 Oktober 2023   11:18 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: radiodelfm.co.id

Munculnya kecerdasan buatan atau yang biasa disebut sebagai Artificial Intelligence (AI) telah mengubah bagaimana cara kita hidup sehari-hari. Seperti yang sedang marak baru-baru ini, yaitu Chat GPT. Nah, apakah Anda menjadi salah satu pengguna teknologi AI? Bagaimana kecerdasan buatan tersebut membantumu dalam kehidupan? 

Sebab sebenarnya saat ini kita tak dapat memungkiri bahwa teknologi AI telah menjadi bagian yang melekat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat digital, termasuk pula dalam dunia jurnalisme. Pemanfaatan teknologi AI ini memberikan kemudahan untuk beberapa pekerjaan seorang jurnalis atau wartawan. Pada industri jurnalisme, teknologi ini dapat membantu jurnalis untuk dapat menemukan perspektif baru untuk berita yang sudah ada. Jurnalis dapat menggunakan ranah digital sebagai sumber informasi terstruktur yang besar (Marconi, 2020) 

Artificial Intelligence hadir dengan kemampuannya dalam mengelompokkan individu berdasarkan profil demografis dan psikografisnya, melakukan analisis semantik pada unggahan online dengan cara mengidentifikasi pola kata yang serupa. Tak hanya itu, Marconi sendiri menyebutkan bahwa AI menjadi salah satu sarana yang dapat mendiversifikasi liputan berita dengan menggunakan sumber daya yang tepat.  Kecerdasan buatan ini juga menjanjikan bagi jurnalis, salah satunya digunakan untuk otomatisasi berita. 

Otomatisasi Berita

Maksud dari otomatisasi berita adalah suatu proses yang melibatkan pengumpulan data dan pembuatan berita yang dibuat oleh sistem otomatis. Dalam hal ini, teknologi AI digunakan untuk membantu mengumpulkan data-data dari  berbagai sumber, seperti situs web dan media sosial, kemudian dianalisis dan diproses menjadi sebuah laporan berita yang dapat siap dikonsumsi oleh para pembaca.

Jika kita lihat, tentu otomatisasi berita ini memberikan kemudahan dan keuntungan besar dalam industri jurnalisme, terutama dalam hal efisiensi. Dengan sistem otomatis seperti ini, media berita dapat menyebarluaskan berita dengan lebih cepat serta efisien dan bahkan dapat menghemat biaya produksi. Keuntungan lainnya yang didapatkan adalah pemberitaan berita dapat dilakukan secara real-time. Sistem AI dapat memantau peristiwa secara real-time dan menghasilkan laporan berita otomatis dalam waktu yang singkat. Salah satu contoh real yang dapat kita lihat adalah Heliograf yang merupakan teknologi bertenaga AI dari salah satu media berita terbesar dan tertua di Amerika Serikat, yaitu The Washington Post atau yang dikenal sebagai The Post. 

Heliograf sudah berhasil memproduksi kurang lebih 850 berita utama singkat dan membuat ringkasan secara otomatis. Heliograf pertama kali digunakan pada tahun 2016 saat Olimpiade Rio berlangsung. Teknologi ini bertugas untuk mengisi jadwal acara, menulis hasil perolehan, perhitungan medali secara otomatis  (Washington Post Staff, 2016). Secara otomatis, heliograf ini juga akan memproduksi multi-kalimat atau narasi bagi pembacanya dan akan muncul pada blog The Post dan sosial media, seperti Twitter The Post, sehingga dengan adanya teknologi ini masyarakat dapat menerima dan membaca perolehan hasil olimpiade dan berita lainnya secara cepat.

Sumber: Washingtonpost.com
Sumber: Washingtonpost.com

Hal-hal seperti di atas sangat diperlukan di tengah hiruk pikuk tuntutan media berita hari ini yang tidak hanya harus menyebarkan berita secara akurat dan kompatibel, namun juga perlu mengutamakan unsur kecepatan. Selain itu, dengan adanya otomatisasi ini bisa menjadi peluang bagi jurnalis atau wartawan untuk dapat meningkatkan produktivitas pekerjaannya. Produktivitas yang dimaksud seperti apa? Bukankah pekerjaan jurnalis telah 'digantikan' dengan AI? Tidak semua hal dalam pelaporan berita dapat dikerjakan oleh AI. Hal ini lebih mengarahkan kita untuk melihat bahwa melalui otomatisasi ini jurnalis lebih dimudahkan dan ditopang untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas teknis, sehingga wartawan bebas dari tugas-tugas yang lebih standar dan monoton dan dapat lebih berfokus pada pelaporan berita yang mendalam atau in-depth reporting. 

Selain itu, AI dapat menghasilkan banyak berita yang didukung oleh data sehingga dapat menghasilkan pengalaman berita yang jauh lebih personal dan sesuai dengan minat atau permintaan audiens. Artinya, dari banyaknya dan bervariasinya data yang dikonversi melalui AI dapat muncul berita dari berbagai angle atau sudut pandang dan dapat disesuaikan dengan apa yang menjadi minat audiens ataupun berdasarkan demografis, geografis, dan psikografis audiens.

Namun, apakah hanya keunggulan dan kelebihan yang diberikan teknologi AI dalam dunia jurnalisme? Ataukah ada hal-hal lainnya yang dapat menggertak keberlangsungan jurnalisme dalam menyajikan dan melaporkan berita? 

Berita AI Mengancam Integritas Berita

Apakah Anda setuju dengan statement bahwa secanggih-canggihnya teknologi, tetap tidak mampu mengalahkan kemampuan manusia? Mungkin pertanyaan ini yang akan mengawali pembahasan pada sub bahasan ini. Kecerdasan buatan atau teknologi AI ini tidaklah sesempurna seperti apa yang kita lihat. Masih banyak kekurangan serta berbagai hal yang perlu dipertanyakan dan diragukan. 

Memang dalam situasi tertentu, otomatisasi ini dapat digunakan untuk membantu jurnalis dalam menyelesaikan tugas. Tetapi, meningkatnya penggunaan data digital memunculkan banyak pertanyaan etis. Bagaimana jurnalis dapat memperoleh, kemudian memvalidasi, dan juga menggunakan data-data digital yang bisa saja bias? Apakah teknologi AI dapat menarik kesimpulan yang tepat dalam semua konteks berita? Bagaimana dengan etika dalam jurnalisme?

Pertanyaan-pertanyaan itu masih banyak diperdebatkan dari berbagai ahli dan bahkan jurnalis profesional serta menjadi perbincangan panas di bidang jurnalistik. Di balik kecanggihannya, AI masih memiliki potensi untuk menyebarkan informasi yang salah dan dapat mempengaruhi cara pandang pembaca terhadap berita yang ditulis secara tradisional apabila tidak diedit dan tidak diperiksa lebih lanjut. Maka lembaga atau media berita profesional atau media arus utama seperti The Post tetap mengandalkan jurnalis profesional untuk meningkatkan dan menyunting berita yang diproduksi oleh teknologi AI. 

AI juga memiliki kemampuan yang terbatas. Apakah Anda pernah mencoba membuat berita atau melihat hasil berita yang diproduksi oleh Chat GPT? Sebenarnya dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa berita-berita yang dihasilkan oleh AI tidak ada unsur naluriah/intuisasi, emosi, humor, dan kritis atau kemampuan skeptisme, sehingga berita yang dihasilkan begitu datar. Padahal, unsur-unsur tersebut diperlukan untuk dapat menggugah perasaan empati dan audiens agar dapat merasa lebih relevan, terlibat, dan lebih memahami isi berita tersebut. 

Otomatisasi berita memang membuat produksi berita jauh lebih cepat, efisien, dan dapat menghemat biaya produksi. Tetapi apabila berita yang dihasilkan AI tidak diawasi dengan baik maka berita yang dihasilkan pun kurang bermutu dan integritas berita perlu dipertanyakan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan berita yang dihasilkan secara otomatis kurang terperinci, tidak dianalisis secara mendalam, dan juga kurang memperhitungkan konteks yang ada.

Di samping itu, keberadaan AI ini menjadi momok seram bagi para jurnalis, sebab secara langsung sebenarnya mengancam pekerjaan jurnalis pula. Tak dapat dipungkiri jika media saat ini banyak yang berorientasi pada profit, maka adanya AI ini mengurangi peran manusia dalam memproduksi sebuah berita sehingga media dapat menekan biaya yang ekstra bagi tenaga kerjanya jurnalis. Hal ini didukung dengan adanya pernyataan yang menunjukkan perusahaan media BuzzFeed mem-PHK karyawannya dengan alasan tersebut (Widodo, 2020).

Penggunaan AI dalam media berita menjadi hal yang berarti untuk dapat membantu pekerjaan wartawan atau jurnalis. Namun di sisi lainnya, hal ini juga turut mengancam keberlangsungan kehidupan jurnalis sekaligus kehidupan perusahaan media, serta yang cukup krusial adalah integritas berita yang disediakan bagi masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan bias yang dapat menimbulkan misinformasi maupun disinformasi. Dengan pertimbangan kemampuan manusia sebagai seorang jurnalis yang dapat lebih kompleks dan mendalam dalam melihat peristiwa serta membuat suatu berita, menurut Anda, sepenting dan seperlu itukah AI untuk masuk dalam kehidupan jurnalisme?

Sumber:

Marconi, F. (2020). Newsmakers: Artificial intelligence and the future of journalism. New York: Columbia University Press

Washington Post Staff. (2016). The Washington Post experiments with automated storytelling to help power 2016 Rio Olympics coverage. The Washington Post. Diakses dari https://www.washingtonpost.com/pr/wp/2016/08/05/the-washington-post-experiments-with -automated-storytelling-to-help-power-2016-rio-olympics-coverage/ 

Widodo, Y. (2020). Buku ajar: Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun