Mohon tunggu...
Muhammad HaidirHadnan
Muhammad HaidirHadnan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Bakteri Pemakan Daging

22 Juli 2024   01:29 Diperbarui: 22 Juli 2024   02:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, penanganan luka yang tidak tepat juga menjadi perhatian. “Atau bisa juga misalnya kondisi-kondisi luka di kulit ya misalnya terkena benda tajam atau kecelakaan namun tidak ditangani dengan tepat, tidak dibawa ke dokter, tidak dibawa ke tenaga medis, tidak dibersihkan dengan baik, tidak dibalut. Akhirnya terjadilah infeksi baik oleh streptococcus ataupun staphylococcus tadi sebagai penyebab bakteri pemakan daging akibatnya terjadi infeksi sistemik pasiennya jatuh ke kondisi STSS ini,” jelas dr. Faris.

Kesiapan Fasilitas Kesehatan
Menurut dr. Muhammad Faris, fasilitas kesehatan di Indonesia sudah cukup memadai untuk menangani infeksi ini, terutama jika pasien mendapat penanganan sejak awal. 

“Sebetulnya kondisi penyakit STSS yang tadi saya sebutkan sebelumnya akibat bakteri pemakan daging ini bukan merupakan kondisi yang seperti penyakit-penyakit langka yang pengobatannya butuh teknologi canggih, tidak seperti itu. Indonesia sebetulnya secara fasilitas kesehatan, sarana kesehatan sudah memadai karena sebetulnya penyakit ini apabila ditangani oleh tenaga medis pada tahap awal maka kemungkinan pasien selamat, angka mortalitasnya bisa ditekan kemudian juga pasien bisa sembuh total itu persentasenya sangat tinggi,” jelasnya.

Indonesia memiliki cukup banyak kamar ICU dan kamar rawat inap yang tersedia di berbagai rumah sakit. “Nah, apabila pasien sudah terjatuh kondisi yang berat, saya rasa di Indonesia juga sudah cukup mumpuni, kita memiliki cukup banyak kamar ICU di berbagai rumah sakit baik swasta maupun negeri, kamar rawat inap juga yang tersedia cukup banyak, di Jakarta sendiri kurang lebih tersedia sejauh ini sekitar 120.000 kasur ya setidaknya di daerah Jakarta, belum terhitung Jabodetabek, Jakarta dan sekitarnya, ya saya rasa sudah cukup untuk mampu menangani kasus ini,” tambah dr. Narumi.

Peran Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk selalu mengikuti informasi kesehatan dari sumber yang kredibel dan mempraktikkan tindakan pencegahan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. 

“Ya, pesan saya adalah yang pertama terus up to date terhadap informasi kesehatan yang ada ya baik dari sosial media maupun dari tenaga medis langsung atau dari sarana kesehatan, seperti puskesmas, tetap pastikan juga sumber informasinya adalah valid, dapat dipastikan kredibilitasnya,” kata dr. Faris.

Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk mempraktikkan apa yang sudah dihimbau oleh tenaga kesehatan. “Kemudian juga tentunya mempraktikan apa yang sudah dihimbau, diberikan informasinya oleh tenaga kesehatan dan tentunya yang terakhir adalah jangan pernah takut untuk berobat sejak awal, karena apabila sudah telat, infeksinya sudah menyebar ke seluruh tubuh, kondisinya sudah berat, maka risiko kematian akan semakin tinggi, namun jika sudah berobat dari awal, risiko kematian rendah, kemungkinan pasien juga sembuh juga tinggi, itu saja pesan dari saya sebagai tenaga medis untuk kesehatan masyarakat,” tambah dr. Narumi.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan penyebaran bakteri pemakan daging, meskipun kasusnya masih sangat jarang terjadi di Indonesia. Kewaspadaan dan edukasi masyarakat menjadi kunci dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini. 

“Mencegah lebih baik daripada mengobati, dan dengan edukasi yang tepat, kita bisa mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah,” tutup dr. Faris.

Foto dokumentasi yang diambil pada tanggal 18 juli 2024/Dok Pribadi
Foto dokumentasi yang diambil pada tanggal 18 juli 2024/Dok Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun