Saya bersama kang feri masih menikmati kayuhan sepedah masing masing karena sampai di sini kondisi jalan aspal nya masih bagus hingga kami sampai di sebuah tanjakan dengan kondisi jalan yang sudah sangat parah kerusakan nya bahkan akhir akhir ini kondisi jalan rusak tersebut sering di beritakan di media masa oleh sebuah situs berita online di daerah sukabumi.Â
Setelah melewati jalan rusak tersebut sampai lah kami di sebuah lapangan bola di daerah tenjolaya,di sini kami beristirahat di sebuah warung, seperti biasa sambil beristirahat kami menyempatkan untuk mengobrol dengan salah seorang warga sekitar untuk bertanya informasi tentang lokasi tujuan kami dan mendengarkan cerita kehidupan di daerah tempat tinggal nya.
Setelah selesai istirahat kami melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan kami,tak lama kami sudah sampai di sebuah gang dengan plang bertuliskan "situs batu kujang". Dari sini perjalanan mulai seru dan menantang karena jalan yang kami lewati adalah sebuah jalan menanjak dengan bebatuan makadam yang membuat kami kesulitan mengayuh sepedah karena kondisi jalan yang tidak desuai dengan ban sepedah kami. Jalan ini berujung di sebuah kampung, kampung yang masih asri suasana nya dengan penduduknya yang ramah.Â
Dari sini kami mulai melewati jalan setapak yang lengkap dengan tanjakan dan turunan nya yang membuat kami harus menuntun sepedah kami. Setelah melewati jalan setapak tadi,ternyata ksmi harus menyebrangi aliran sungai namun untungnya kondisi sungai tersebut sedang surut hanya terlihat bebatuan besar yang bersih dengan sedikit aliran air jernih yang mengalir di sela bebatuannya, setelah melewati sungai tadi tak lama kami pun sampai di lokasi situs batu kujang.
Di lokasi situs kami sedikit kebingungan karena lokasi situs yang tidak seperti dalam bayangan kami,kami membayangkan sebuah situs dengan bangunan yang mewah dan banyak penjaganya,namun yang kami lihat adalah sebuah situs yang sangat sederhanaÂ
Di dalam nya ada dua buah bangunan dari kayu  yang satu adalah sebuah musola. Saat kami sampai,tidak ada seorang pun di lokasi tersebut, hingga akhirnya kami memberanikan untuk membuka pagar dan masuk ke lokasi situs,kebetulan ada seorang ibu yang melintas di jalan setapak dekat lokasi situs,si ibu adalah warga setempat yang kegiatan sehari harinya adalah berkebun di lereng gunung salak, dan menurut informasi si ibu,jalan setapak tadi berujung di puncak gunung salak. kami minta izin kepada si ibu tadi untuk masuk ke lokasi situs dan si ibu pun memperbolehkan kami untuk masuk sambil menunggu bapa penunggu situs datang.
Namun sayangnya kami tidak membawa perbekalan untuk memasak nasi liwet,dan akhirnya kami hanya menyeduh kopi saja yang memang selalu ada di tas kami. Di situ kami ngobrol dan banyak menanyakan ke bah uci,kami bertanya mulai dari sejarah situs batu kujang,sampai bagai mana perhatian pemerintah setempat terhadap lokasi situs tersebut dan bah uci pun tanpa segan banyak bercerita tentang semuanya.Â
Obrolan santai namun bermafaat membuat kami betah berlama lama di tempat itu,bukan hanya sekedar obrolan,bah uci pun banyak memberikan nasehat buat kami. Selesai ngobrol selanjutnya kami minta izin untuk berkeliling dan berpoto di lokasi situs.
Setelah kami merasa cukup dan puas berkunjung ke situs batu kujang,kami berpamitan ke bah uci untuk segera pulang dan tak lupa kami pun mengisi buku tamu yang ada di lokasi situs. Selanjutnya Kami pun mulai melangkah pulang sambil menuntun sepedah kami,namun jalan yang kami lewati pada saat pulang berbeda dengan jalan yang kami lewati pada saat masuk ke lokasi situs batu kujang.Â
Sesuai arahan dari bah uci kami di suruh melewati jalan perkampungan dan di larang  melwati jalan setapak yang harus menyebrangi aliran sungai nya,ternyata jalan perkampungan kondisinya lebih baik dari jalan setapak yang tadi, sepedah pun bisa di naiki hingga akhirnya kami kembali sampai di jalan bebatuan makadam lagi.