Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isak Tangis Masyarakat Iran pada Hari Arbain

9 Oktober 2020   20:58 Diperbarui: 9 Oktober 2020   21:06 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayatullah Khamenei sedang menangis dalam acara peringatan arbain syahidnya Imam Husein by Ig khamenei_ir

Dari rakyat hingga pemimpin nomor satu di Iran hikmat kedalam perasaan masing-masing. Mereka dibawa kedalam peristiwa yang telah terjadi pada 13 abad yang lalu. Saat itu Imam Husein bin Ali bersama saudarinya Zainab binti Ali berada di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram. Imam Husein bersama 72 lainnya di bantai dan penggal kepalanya dan kepalanya diarak dari sepanjang perjalanan. Sedangkan Zainab binti Ali bersama para wanita dan anak-anak pada rombongan itu diarak sebagai tawanan.

Mereka sedih karena pada tahun ini tidak bisa ke Karbala. Pandemi Cobid-19 telah menutup perbatasan Iran Irak. Keterhalangan mereka untuk pergi ke karbala membuat kesedihan mereka semakin berlipat.

Semua masyarakat tetap mengadakan peringatan hari arbain dengan hikmat di manapun berada. Dalam acara itu terlihat bahwa mereka tidak bisa membendung air mata yang mengalir di pipi mereka.

Sebagai orang Indonesia bukan tidak pernah ikut dalam acara peringatan mengenang para pahlawan yang telah tiada. Tetapi tetap saya tidak pernah melihat sesahdu masyarakat Iran mengenang kesyahidan Imam Husein.

Kemarin tanggal 8 oktober 2020 yang bertepatan pada tanggal 20 safar 1442 H diadakan acara siaran langsung pemimpin revolusi Iran sendiri dengan penyair yang memimpin peringatan acara arbain di tv. Pembawa acara duduk di mimbar dengan menceritakan ulang kisah-kisah karbala dan syair-syair yang memilukan jiwa. Sedangkan Ayatullah Khamenei duduk sendiri mendengarkan dengan hikmat sambil tunduk menutupi wajahnya dengan tangan dalam husainiyah (tempat acara peringatan syahid Imam Husain) yang biasanya nenampung ratusan jamaah.

Di Mashhad dimana salah satu keturunan Imam Husein yang bernama Ali bin Musa ar-Ridha dimakamka mimbar untuk para penyair yang menguraikan kisah Karbala dengan puisi yang menyentuh kesetiap hati yang hadir. Acara tersebut dimulai sejak malam arbain hingga hari arbain.


Sedangkan masyarakat di kota-kota lain di seluruh Iran juga berkumpul dengan menetapkan protol covid-19. Suasana tersebut dapat dilihat dari foto-foto berikut ini.

Suasana arbain di Iran by parstoday.com
Suasana arbain di Iran by parstoday.com

Suasana arbain di Iran by parstoday.com
Suasana arbain di Iran by parstoday.com

Suasana arbain di Iran by parstoday.com
Suasana arbain di Iran by parstoday.com

Bagi mereka acara ini telah memberikan kekutan untuk menghadapi setiap persoalan. Karana bagi mereka tidak ada persoalan yang lebih berat selain masalah yang dihadapi Imam Husein. Sebelum kematiannya, dia melihat bagaiamana kematian, sahabat, keluarga, saudara dan bahakan putra-putranya. Semua terbunuh dihadapannya.

Setelah kematian Imam Husein masalah masih belum selesai. Peristiwa Karbala masih membuka lembarannya. Lembaran itu adalah  kisah adik beliau yang bernama Zainab binti Ali berserta wanita dan anak-anak perempuan Imam Husain menjadi tawanan yang di arak dari Karbala hingga Damakus ibu kota kekuasaan bani ummayyah saat itu.

Sebenarnya perlakuan yang tidak manusiawi banyak terjadi dalam sejarah. Bahkan kisah-kisah tersebut banyak yang telah dilupakan. Tetapi sebagai umat Islam masyarakat Iran tidak akan mudah melupakan kisah itu. Karena Imam Husein dan Zainab adalah cucu nabi mereka yang lahir melalui putrinya Fathimah az-Zahra.

Sedangkan pelaku pembantaian tidak lain adalah umat yang agamanya adalah Islam yang dibawa kakek Imam Husain dan Zainab. Sedangkan zaman wafat nabi hingga peristiwa Karba belum sampai 50 tahun. Mereka tega untuk membunuh dan dan menawan walaupun mereka adalah cucu dari nabi sendiri.

Kisah-kisah seperti inilah yang membuat mereka terus menangisi hari-hari seperti saat ini.

Rekomendasi

Pertama, tulisan ini tidak mengajak pembaca menjadi orang Iran yang menangisi Imam Husein, tetapi mengajak perlunya mengambil pelajaran dari masa lalu untuk tidak terulang. Umat Islam Indonesia mungkin bisa mengambil pelajaran dari Imam Husein. Umat Kristen bisa mengambil kisah dari Yesus Kristus. Begitu juga dengan kisah yang penuh ketidak adilan yang pernah terjadi di negeri kita yang telah kita diamkan sehingga mereka menjadi korban.

Kedua, melihat kondisi negeri saat ini, kondisi rakyat yang sulit sehingga berharap untuk para pejabat memahami apa arti duka, sulit dan meneteskan air mata supaya lebih peka terhadap persoalan rakyat dan memberikan solusi yang terbaik untuk rakyat.

Ketiga, tugas para budayawan tidak hanya membuat masyarakkat ceria, tetapi bisa juga membawa mereka merasakan realitas yang sesungguhnya, apakah harus bahagia atau duka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun