Namun, mendapatkan pinjaman semacam itu juga bukan perkara gampang. Karena urusannya adalah proses pengembalian dan kemungkinan ikut campurnya kreditor dalam urusan dapur pemerintah Indonesia.
Seandainya semua kepala daerah bersatu padu untuk mendukung kebijakan pemerintah, maka beban pemerintah pusat akan lebih ringan. Kepala daerah pasti bisa mengalokasikan ABPD-nya dalam situasi ini.
Di awal kwartal kedua ini, pemda pasti bisa melihat mana skala yang bisa dinomorduakan untuk pengalihan anggaran dalam rangka mendukung pemerintah pusat. Beberapa daerah dengan dana operasional besar untuk kepala daerahnya juga bisa dialihkan untuk hal ini.
Pertanyaannya, apakah ada kerelaan? Apakah ada kemauan?
Ketika tidak ada kerelaan dan kemauan, apakah kita bisa menyebut kepala daerah seperti itu sebagai mafia seperti hal yang terjadi di urusan masker, hand sanitizer, vitamin, dan alat kesehatan?
Larangan mudik
Pemerintah baru saja mengeluarkan larangan mudik guna mencegah menahan laju penyebaran covid-19. Apa yang terjadi? Jauh sebelum larangan ini dikeluarkan, sudah banyak yang mudik duluan. Akibatnya, mereka justru menjadi importir covid ke daerah asalnya.
Ketika larangan resmi dikeluarkan, saya menduga akan muncul mafia baru di bidang transportasi antar daerah. Mobil disulap menjadi travel dadakan yang siap mengantar para pemudik pulang. Bus sudah pasti tidak akan laku sebagai moda transportasi karena bodi yang terlalu menyolok. Jadi, mobil menjadi pilihan yang tepat.
Penanggung resikonya adalah para penumpang dan pengemudinya. Mereka berada di ruang tertutup dalam waktu yang relatif lama. Hal ini meningkatkan kemungkinan tertular bukan!
Para mafia yang berada di balik rencana busuk ini sedang 'menikmati' keuntungan dari ide gilanya, tetapi mereka sedang mempertaruhkan nyawa pengemudi dan penumpang yang lain. Di tengah situasi seperti ini, tidak sulit mencari orang yang mau menjadi pengemudi travel dadakan. Banyak orang sedang mencari pekerjaan.
Lalu, bagaimana nasib para perantau? Sudah tidak bisa bekerja lagi, mudik pun tak dapat dijalani! Ya... sekali lagi, memang kita tidak bisa memuaskan semua pihak.Â