Beda ceritanya kalau sudah ada janjian atau nomor yang sama terus menerus menelpon. Itu pun akan saya minta untuk menelpon ulang jika hal yang akan dibicarakan tidak terlalu penting. Egois? Mungkin! Namun, orang juga harus belajar menghargai apa yang sedang kita lakukan.
Berangkat sekarang atau nanti
Tinggal di Jakarta bukanlah sesuatu yang pernah muncul di benak saya. Sudah tidak terhitung mereka yang mengajak saya untuk tinggal di Jakarta. Bahkan ada yang menjanjikan pekerjaan segala lho! Namun, saya memang tidak pernah tertarik tinggal di Jakarta.Â
Kota ini terlalu padat dan segala sesuatu sepertinya berlalu dengan begitu cepat. Orang tinggal di jalan dan sepertinya tidak punya waktu dengan keluarga.
Saya melihat sendiri bagaimana kerabat saya harus meninggalkan rumah jam 5 pagi untuk berangkat kerja dan baru tiba di rumah lagi jam 11 malam. Ketika dia berangkat, anaknya masih tertidur dan anaknya itu sudah tertidur ketika dia pulang. Bukankah masih ada akhir pekan untuk berjumpa? Benar! Namun, ini bukanlah kehidupan yang saya inginkan.
Pilihan yang tidak mudah dan dampaknya
Ketika seseorang memperlakukan kita dengan tidak baik, maka marah merupakan reaksi yang wajar. Hanya saja, apakah kemarahan itu akan terus bertahan atau bisa segera dikuasai? Apakah kemarahan akan menyelesaikan segala sesuatu?
Mengapa saya menekankan contoh ini daripada yang lain? Ada banyak hal yang bisa terjadi tatkala seseorang bisa menguasai emosinya. Emosi yang tidak dikuasai akan menjadi bumerang dan itu merugikan diri sendiri.
Ketika pasangan marah kepada Anda, apa yang akan dilakukan? Kebanyakan orang langsung membalasnya dengan kemarahan. Apakah ini tindakan yang bijaksana? Mana yang paling mungkin terjadi, kemarahan itu menjadi reda atau malah menjadi-jadi?