Ternyata, melempar pertanyaan kepada yang tidak bertanya untuk menjawab adalah sebuah strategi yang menarik. Beberapa mahasiswa yang dekat dengan saya mengatakan bahwa mereka awalnya terpaksa membuat pertanyaan untuk ditanyakan atau menerima resiko menjawab pertanyaan dari teman sekelasnya. Pilihan ini membuat mereka bisa belajar lebih baik baik di dalam maupun di luar kelas.
Jadi, saya sangat setuju dengan tweet Richard Feynman tersebut. Pengalaman di kelas bersama mahasiswa menunjukkan bahwa bertanya memang meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini tidak hanya bermanfaat saat sekolah, tetapi juga saat bekerja. Beberapa alumni menceritakan pengalamannya saat bekerja dan menerapkan proses belajar yang sama seperti di kelas saya. Mereka berkata bahwa mereka bisa belajar lebih efektif dan efisien.
Jadilah guru yang diragukan kebenarannya
Beberapa tahun setelah saya menerapkan pertanyaan "SIAPA YANG TIDAK BERTANYA", saya berkata bahwa adalah lebih baik jika mahasiswa tidak percaya kepada dosennya dan buktikan bahwa dosen melakukan kesalahan dalam mengajarkan sesuatu. Agak di luar batas kewajaran? Mungkin!
Mahasiswa yang mau belajar akan selalu haus akan ilmu yang diberikan. Pada saat ada keraguan, kehausan akan ilmu itu akan membuat mereka mencari sesuatu di luar kelas. Ini adalah sesuatu yang positif dan patut diapresiasi. Ini berarti mahasiswa sedang melakukan proses belajar mandiri seperti yang dijabarkan dalam konsep SKS di Indonesia.
Saya menantang mahasiswa untuk membuktikan bahwa saya salah dalam mengajarkan sesuatu. Saat membuktikan kesalahan saya, yang bersangkutan haruslah memberikan argumen yang tepat dan memiliki dasar. Hal ini tentu saja hanya dapat dicapai saat mereka melakukan proses belajar mandiri yang intensif dan menginvestasikan (bukan menghabiskan) waktu yang cukup lama.
Saat melakukan investigasi untuk menemukan kesalahan dalam pengajaran saya, banyak di antara mereka yang justru belajar lebih banyak dari yang lain. Selain itu, kedalaman pemahaman mereka juga lebih baik. Bahkan, kebiasaan ini pun masih bermanfaat saat mereka bekerja.
Sepanjang saya mengajar lebih dari 15 tahun, baru satu kali sekelompok mahasiswa datang untuk menyatakan keraguannya atas materi yang saya sampaikan. Wow! Saya harus mengakui bahwa mereka benar-benar menjalankan apa yang saya sampaikan. Dalam pertemuan tersebut, saya akhirnya menemukan ada bagian kalimat yang bisa disalahartikan, sehingga memberikan makna yang lain. Ternyata, metode ini juga membantu saya dalam memilih cara untuk menjelaskan sesuatu.
Hanya saja, konsep ini agak sulit diterapkan pada mereka yang kuliah karena mengejar gelar atau memegang prinsip 'yang penting lulus atau lolos'. Saya belum menemukan formulasi untuk menolong mahasiswa jenis ini, yang menurut saya juga banyak.
Penutup
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa saya adalah dosen (guru) yang baik karena sudah pernah melakukan tips yang disampaikan Richard Feynman. Namun, saya ingin menguatkan tweet tersebut dengan berbagi apa yang telah saya lakukan. Saya percaya bahwa setiap guru/dosen pasti punya pengalaman mengajar yang bisa dibagikan kepada rekan pengajar yang lain.
Mari kita tingkatkan proses pendidikan di Indonesia!
Salam kompasiana dari Berlin!