Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gunung Es di Finlandia yang Memukau Dunia

11 Mei 2019   21:21 Diperbarui: 11 Mei 2019   21:33 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com
https://pixabay.com
Di berbagai penjuru kota tersebar taman dengan arena bermain anak di ruang terbuka. Setiap arena bermain dilapisi dengan semacam karet sehingga cukup aman saat anak terjatuh. Saat matahari cerah, bisa dipastikan taman-taman akan penuh dengan anak yang bermain dan tidak jarang hanya ditemani sang ayah. Saya sering melihat seorang ayah membawa 2-3 orang anaknya bermain di taman sambil membawa kereta bayi dan tas berisi makanan minuman.

Saya meyakini bahwa interaksi ayah dengan anak memberikan kontribusi yang nyata terhadap performa siswa secara keseluruhan. Kedekatan dengan ayah memberikan rasa aman tersendiri yang akan mempengaruhi proses belajar anak.

Kedewasaan siswa
Finlandia menerapkan aturan yang ketat terkait dengan usia siswa masuk sekolah. Anak tidak akan masuk TK sebelum berusia enam tahun dan tidak ada pelajaran membaca. Tahun depan, mereka akan digiring ke SD, bahkan saat belum bisa membaca. Bagaimana dengan orang asing? Mereka menerapkan konsep yang sama. Anak saya seharusnya masuk kelas dua SD di Finlandia harus masuk kelas satu karena factor usia.

Salah satu alasan dari aturan ini adalah kedewasaan dan kesiapan anak dalam belajar. Selain itu, pendidikan di Finlandia mau supaya anak berkumpul dengan mereka yang seusia. Tidak ada kelas akselerasi, kelas khusus bagi yang dinilai cerdas, dan lompat kelas dalam sistem pendidikan di Finlandia ini.

https://pixabay.com
https://pixabay.com
Di Indonesia, banyak keluarga yang bangga jika anaknya masuk sekolah lebih awal, misalnya masuk SD saat berusia lima tahun. Lompat kelas menjadi sebuah fenomena yang menaikkan gengsi keluarga di Indonesia. Masuk kelas akselerasi atau kelas khusus bisa jadi merupakan target. Semuanya ini bermuara di keinginan untuk lulus di usia yang lebih muda. Saya percaya bahwa kemampuan otak dapat diakeselerasi, tetapi bagaimana mengakeselerasi kedewasaan mental?

Kompetisi
Finlandia juga setuju bahwa kompetisi sanggup memotivasi siswa dalam belajar, namun kompetisinya diarahkan ke dirinya sendiri. Dengan demikian, tidak ada sistem rangking di sekolah atau papan pengumuman yang memajang nilai yang diperoleh siswa. Meskipun demikian, kompetisi antar siswa tetap tak terhindarkan, sekolah hanya mampu meminimalkan. Tahukah Anda bahwa rapor kelas empat SD masih berupa deskripsi dan bukan angka?

Selama saya tinggal di Finlandia, saya belum pernah menemukan lomba akademik yang digelar oleh universitas seperti matematika, fisika, kimia, biologi, astronomy, dll. Setahu saya, soal-soal yang diberikan dalam berbagai lomba yang demikian pasti berada di atas level normal peserta. Artinya jika lomba digelar untuk siswa SMP, maka level soalnya adalah tingkat SMA.

Percaya atau tidak, hal ini akan berdampak pada saat siswa yang bersangkutan belajar di level yang sesungguhnya. Saat berkumjung ke beberapa sekolah, saya juga tidak menjumpai etalase-etalase yang memajang piala dari berbagai macam lomba. Sekolah tidak berkompetisi dengan sekolah lain untuk meraih predikat sekolah yang terbaik.

Tidak ada LBB di Finlandia
Lembaga bimbingan belajar (LBB) yang membisniskan pendidikan dapat ditemui dengan mudah di berbagai sudut kota di Indonesia. LBB bukan sekolah, tetapi sepertinya punya pengaruh lebih besar daripada sekolah.

Secara umum, LBB menggunakan prinsip 'mengerjakan dengan cepat dan tepat'. Jebakan terbesar di balik prinsip ini adalah mementingkan hasil akhir daripada proses, menitikberatkan pada penguasaan rumus daripada konsep dan logika. Mengapa LBB begitu fenomenal di Indonesia? Karena sistem pendidikan kita menitikberatkan pada kemampuan akademik.

Mustahil menemukan LBB di Finlandia. Kemampuan akademik bukanlah segalanya di negara empat musim ini. Finlandia mengakui multiple intelligence (kecerdasan multi dimensi) yang membuat siswa cemerlang di matematika dihargai sama dengan siswa lain yang cemerlang di seni lukis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun