Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pendidikan Vokasi, Kambing Hitam Sistem Pendidikan Nasional?

13 November 2017   22:29 Diperbarui: 14 November 2017   10:44 4009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.smkn1cariu.sch.id/buktikan-diri-sebagai-lulusan-smk-bisa/

Arah teropong Bappenas
Bappenas sebaiknya mengarahkan teropongnya pada sistem pendidikan nasional. Sistem sekolah di Indonesia dengan beban materi yang cukup berat sepertinya tidak memberikan kemajuan bangsa ini. Contoh, beban materi pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih berat dan tinggi dibandingkan di negara maju. Mengapa kita bangga dengan prestasi anak Indonesia di olimpiade matematika dan fisika internasional padahal prestasi tersebut tidak serta merta mencerminkan sistem pendidikan nasional kita?

Pengalaman belasan tahun mengajar mahasiswa di Indonesia membuat saya mengerti bahwa sistem pendidikan kita lebih mendorong siswa untuk bisa menghitung dengan cepat tanpa perlu tahu proses berpikirnya. Akibatnya, siswa hanya menjadi mesin hitung super yang di dunia kerja akan dipindahkan ke komputer sebagai alat bantu. Selain itu, kemampuan analisis siswa sangat rendah karena memang tidak dilatih. Bappenas perlu mengevaluasi apakah kedalaman materi pelajaran sudah sesuai atau tidak.

Saya sangat mendukung rancangan kurikulum yang mendorong siswa menjadi pembelajar yang mandiri, namun hal ini harus didukung oleh guru yang mampu mengarahakn dengan baik, bukan sekedar diminta cari sendiri di internet yang notabene belum tentu semua informasinya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, Bappenas juga perlu mengevaluasi sistem pendidikan untuk menjadi guru.

Penutup
Pepatah berkata "no free lunch" atau "tidak ada makan siang gratis". Perlu usaha ekstra keras untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Bukankah mereka yang belajar ini adalah generasi masa depan bangsa? Sudah sepatutnya kita memberikan investasi yang cukup besar untuk masa depan bangsa Indonesia. 

Salam kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun