Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Pernyataan Menaker Tentang Lulusan Perguruan Tinggi

28 Juli 2017   19:56 Diperbarui: 28 Juli 2017   20:09 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat perguruan tinggi akademik bertransformasi menjadi perguruan tinggi vokasi, maka dunia pendidikan kita sedang menuju kehancuran. Mengapa demikian? Tidak akan ada lagi lulusan perguruan tinggi yang akan mengembangkan keilmuan. Generasi peneliti perlahan tapi pasti akan terus berkurang. Kecenderungan masyarakat Indonesia menjadi konsumen menjadi semakin besar karean iklim penelitian tidak dikembangkan. Akhirnya, daya saing bangsa Indonesia menjadi lemah walaupun iklim investasi naik tetapi tidak diimbangi dengan inovasi dalam negeri. Hal ini membuat kita masuk pada era penjajahan moderen.

Hmmm.... mungkin ini hanyalah kekhawatiran saya yang (mungkin) terlalu berlebihan. Namun, saya ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama melihat hal apa yang bisa kita lakukan:

  1. Perlu kah kita tetap mempertahankan konsep mendapatkan gelar? Bukankah sebutan profesional juga menjadi sebuah "sesuatu"? Ya..., memang gelar itu ada banyak fungsinya: memperindah undangan pernikahan, mengangkat derajad keluarga, kebanggaan pribadi, dll.
  2. Para penyedia lapangan kerja di luar peneliti dan dosen seharusnya selektif dalam memilih pegawai. Gelar akademik itu sebuah pencapaian akademik yang tidak bisa diukur dengan jenis pekerjaan di luar peneliti dan dosen.
  3. Perlunya regulasi yang lebih jelas dari pemerintah terkait dengan program akademik dan vokasi. Bila perlu, jumlah perguruan tinggi akademik harus dikurangi karena memang lapangan pekerjaannya sebesar yang lainnya. Itu berarti akan ada banyak perguruan tinggi akademik yang akan dialihfungsikan sebagai perguruan tinggi vokasi.
  4. Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi harus duduk bersama untuk merumuskan hal-hal penting terkait dengan sinkronisasi program pendidikan (akademik atau vokasi) dan muaranya. Tanpa koordinasi yang jelas, masyarakat akan terombang-ambing dengan kesimpangsiuran pendapat yang berkeliaran di luar.

Saya yakin, kita masih punya waktu untuk memperbaiki kondisi ini. Apakah kita mau?

Salam kompasiana untuk pendidikan di Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun