Mohon tunggu...
Hawin Fizi Balaghoni
Hawin Fizi Balaghoni Mohon Tunggu... Aktivis Kemanusiaan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Alumni Universitas Negeri Surabaya. Pedagang Kecil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Menulis Menjadi Hobi - Traveler - Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi Umat Nabi Adam AS

26 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 26 Februari 2018   07:04 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Anakku akhirnya memiliki pujaan hatinya sendiri. Itu ternyata bukan kamu, tetapi bukan maksud anakku untuk tidak menganggap status sosial apapun dirimu di hatinya. Kamu bisa berteman baik dengannya, seperti dahulu ketika kamu belum terlalu masuk kedalam perasaanmu sendiri untuk mengkultuskan cintamu kepada anakku. Kini saatnya kamu belajar banyak kepada suami anakku, mengapa dia sampai mengikuti agama istrinya?

kini dia muslim. Begitukah arti dari toleransi cinta?. Aku pikir akan banyak pelajaran berarti dari Wijoyo kepadamu. Tentang memaknai pengorbanan untuk cinta." Tulis isi surat Pak Kadiman.

Bahadur yang mendapatkan surat + undangan pernikahan pujaan hatinya seperti mendapatkan bom nuklir di rumahnya. Perasaannya langsung njelongop ke dasar inti bumi. Ditambah lagi, tersiar gosip bahwa Pak Kadiman mengundangnya juga sebagai sinoman ketika putrinya akan menikah nanti. Tetapi Bahadur menyimpan rasa penasaran siapa sosok Wijoyo, calon menantu Pak Kadiman itu. 

Maka dari itu dia akan datang sebagai sinoman juga tamu undangan pernikahan pujaan hatinya. Tiba ketika waktu memek/manggulan, Bahadur pun datang di acara pernikahannya. Kepada Wijoyo, Bahadur bersalaman, dengan memegang tangannya, Bahadur melontarkan pertanyaan kepada Wijoyo.

" Ajarkan aku tentang arti cinta, pengorbanan, dan toleransi? " tanya Bahadur.

" kamu tahu siapa yang ada di dalamnya, apakah cinta ada di dalam agama, atau agama ada di dalam cinta?. Kamu tahu siapa yang ada di dalam hatimu, atau adakah dirimu di dalam hatimu sendiri?. Itulah mengapa aku mengikuti agama istriku, sebab tiada lagi yang ada di dalam hatiku selain dirinya, sementara di dalam hati istriku tidak pernah ada diriku, dia hanya mencintai Tuhannya. 

Lalu, apakah aku masih meragukan akan sosok Tuhan yang maha sempurna atas diri istriku yang kuanggap sempurna itu?. Aku tidak ingin kehilangan cara memahami cinta yang sebenarnya, dari rasa cintaku yang tulus kepada istiku. Jika ini kamu artikan toleransi, aku pikir cinta sudah lumrah dengan kata toleransi, sebab toleransi selalu ada atas diri kita yang termisbah sebagai umat nabi adam sejak dulu. Cinta akan melintasi atas nama agama mana pun." Jawab Wijoyo kepada Bahadur.

Bahadur pun memahami dengan seksama pelajaran dari Wijoyo, dia pun menjadi sadar akan arti cinta. Sebab selama ini memang sangat sulit memiliki seorang Guru Cinta. Sampai harus bertapa pun, kata cinta masih terlalu tinggi untuk dipelajari oleh manusia biasa. Bertemu Wijoyo, kini Bahadur memiliki sudut pandang yang lebih luas lagi akan filosofi cinta. Mereka pun hidup rukun, sebagai dua tokoh pemuda kecamatan Senduro. Tamat.

Semoga bermanfaat

Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun