Mohon tunggu...
Hawin Fizi Balaghoni
Hawin Fizi Balaghoni Mohon Tunggu... Aktivis Kemanusiaan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Alumni Universitas Negeri Surabaya. Pedagang Kecil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Menulis Menjadi Hobi - Traveler - Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senduro Mahameru

20 Februari 2018   11:51 Diperbarui: 20 Februari 2018   12:02 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ingin menuju kesana?, Ketempat yang penuh isyarat bahasa Matahari. Disana kawan, di Mahameru." Sahutku di masa itu. bagi saya,  mahameru adalah simbolisme bahasa dari tanah tertinggi pulau jawa, juga simbolisme kekayaan kebudayaan serta legenda nenek moyang yang tidak ternilai harganya. Butuh nyali luar biasa untuk sampai disana, butuh mental "orang gila yang tidak kenal kata menyerah" untuk dapat mencium pasir si langit jawa ini. Mahameru juga bagian yang terikat erat dengan senduro. Karena tanah kita ini, tepat di kaki gunung semeru. 

Maklum saja, jika mulai saya kecil dulu, tidak terhitung sudah berapa banyak penduduk senduro yang telah merayakan kemerdekaannya di puncak gunung semeru ini. masyarakat sudah tidak asing dengan gunung semeru. Setiap hari dia menemani senduro dengan setia, seakan lukisan alam yang mempesona siapa saja yang melihatnya. Sering sekali di pagi hari, saya melihat langit yang membiru jernih menampakkan gunung semeru yang seolah sangat dekat dan jelas sekali asap tebal (wedus gembel) menyembur ke atas langit. Indah sekali...

Senduro adalah tuan rumah para pendaki gunung semeru dari seluruh penjuru negeri. Masyarakat umumnya tidak memperlihatkan bahwa mereka-mereka pernah menjadi pendaki gunung di masa mudanya dulu. Seakan sudah menjadi empu/sang guru/tuan guru, masyarakat para pendaki itu ada yang sekarang jualan ikan asin di pasar, ada yang berdagang sayur, ada juga yang sudah menjadi pegawai, dan lain sebagainya. 

Saya sering berkumpul dan mengobrol dengan salah satu dari mereka itu. "cerita tentang mahameru itu tidak ada habisnya, mulai dari kisah dengan sahabat, sampai kisah cinta juga. Saya dulu mendaki bersama ini, dulu masih teman, ehh sekarang sudah jadi istri saya.kalo mendaki itu merasakan susah senang bersama-sama, jiwa dapat menyatu. hahaha" canda kami kala itu. inilah mahameru yang sudah menjadi bagian dari masyarakat senduro. Mudah-mudahan kita dapat menjaga keindahan Alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru karena itu semua titipan anak cucu kita nanti. Terimakasih. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini saya publikasikan untuk memberikan gambaran kecil tentang senduro.
Dimana Ada Cinta, Disitu Ada Senduro.
Salam Hangat.

Buktikan Semangat Kita untuk Senduro Milik Kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun