Mohon tunggu...
RIZKI IKA YP
RIZKI IKA YP Mohon Tunggu... Freelancer - SHARING IS CARING, THO THE WORDS

Seorang yang sedang belajar menulis ketika lisan tak cukup mampu mengungkap apa yang ada di dalam pikiran. Reach me on Telegram : heyouawesome

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Larut

25 Maret 2022   19:00 Diperbarui: 25 Maret 2022   19:02 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah di mana kudapati dirimu melainkan dalam pikiranku

Tak tahu lagi di manakah kuobati rindu

Apakah ini cinta?

Cinta ini begitu luas sehingga di setiap langkah hanya terasa cinta dalam aliran nadi

Malam ini

Kurasakan kesunyian sakral menyatu dalam jiwa

Kurasakan belaian angin menyentuh ari

Kurasakan kegelapan melumat cahaya terpendar dari netraku

Kurasakan kerinduan tak tertahankan

Kurasakan cinta yang tak bisa dilukiskan

Kurasakan sejuta rasa meluap tak terlihat kasat

Terdengar suara alam begitu hening

Terdengar senandung hati mengulum rasa

Terdengar rintihan jiwa mengacau resah

Terdengar pesanmu di telingaku

"Sabar sayang, aku akan segera pulang."

            Kulihat seribu kerlip mengukir konstelasi bintang pada wajah langit

            Kulihat bulan sendu mengintip malu

            Kulihat tubuhku terpaku hening

            Kulihat kosong mencoba memelukku

            Kulihat cahaya kian meredup bersama garis horizon yang mulai membias

Dan aku hanya terpaku, tergugu

Merasakan kesunyian tak terperikan

Sesaat hatiku mengirim pesan lewat aliran darah

Sistem motorik melaju kencang mencapai otak

Perlahan bibirku perlahan terbuka

"Di mana engkau, duhai cinta?"

            Hening

            Tak ada jawaban

            Hanya hampa, hanya gelap

            Terkulai lemas kutunggu jawaban entah dari mana

            Kehabisan nafas, namun belum cukup mati

Mata mengerjap lalu perlahan terpejam

Rasa itu menyatu, melebur seluruhnya

Kurasakan apa yang  belum pernah kukecap sebelumnya

Kedamaian memeluk jiwa

Meredakan sebagian lara hati

Mencipta ketenangan di batas logika

Larut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun