Mohon tunggu...
cesa adellazahara
cesa adellazahara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

haloo kenalin aku cesi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Inovasi terbaru, Mahasiswi Undip Mengenalkan Penggunaan Alat Pengukur Tinggi Badan Digital

10 Februari 2023   00:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   23:58 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wonogiri (1/2) - Angka prevalensi stunting dan malnutrisi Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di negara-negara ASEAN, di mana satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun mengalami stunting (Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2019). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Indikator stunting adalah dengan melihat panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Stud,2006).

Masalah stunting bukan hanya merupakan gangguan pertumbuhan fisik (bertubuh pendek/ kerdil), melainkan juga berpengaruh terhadap perkembangan otaknya, yang tentunya akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif. 

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program perbaikan gizi masyarakat yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi pada balita. Oleh karena itu, peran posyandu balita pada masing-masing daerah sangat diperlukan untuk mengetahui tumbuh kembang anak sehingga dapat meminimalisir adanya stunting dan malnutrisi pada daerah tertentu.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Posyandu balita pada Desa Tempurharjo dilaksanakan 1 bulan sekali secara rutin pada tiap dusunnya, sehingga setiap anak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) yang merupakan catatan grafik perkembangan anak berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan serta jenis kelamin. Pelaksanaan posyandu di desa Tempurharjo masih melakukan pengukuran tinggi secara manual sehingga hasil yang didapatkan kurang akurat. Dengan segala inovasi dan kreatifitasnya, Cesa Adella Zahara (22) salah satu mahasiswi KKN TIM I UNDIP 2022/2023 memberikan sebuah alat pengukur tinggi badan otomatis kepada bidan desa Tempurharjo.

Selain itu Cesa (22) juga memberikan edukasi mengenai cara penggunaan serta perawatan alat tersebut agar dapat dimanfaatkan dan digunakan sebaik mungkin. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Februari 2023 di kediaman ibu Kepala Dusun Krakal Desa Tempurharjo. Kegiatan ini dilakukan dengan metode sosialisasi yang ditujukan kepada seluruh kader posyandu desa Tempurharjo dengan harapan dapat memudahkan kader posyandu dalam mengukur tinggi badan anak-anak yang berjumlah kurang lebih 147 anak pada desa tersebut, serta alat ini juga lebih akurat daripada pengukuran secara manual.

Dengan adanya penyampaian materi serta pemberian alat pengukur tinggi badan otomatis maka diharapkan dapat digunakan secara maksimal untuk mengetahui perkembangan anak yang ada di desa Tempurharjo. Sehingga dapat memudahkan para kader posyandu dalam mengukur tinggi badan anak yang jumlahnya cukup banyakserta lebih efesien dan efektif dalam penggunaannya. Diharapkan pula rendahnya angka stunting dan malnutrisi di desa Tempurharjo karena pemantauan perkembangan tumbuh kembang anak semakin efektif dan efisien.

Penulis : Cesa Adella Zahara/SV

Lokasi : Kelurahan Tempurharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun