Â
       Dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 5 ayat 1 (a) disebutkan bahwa Masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan.  Merujuk akan hal tersebut, muncul ide dalam benak Tasning Hety Widiayanti,SE pustakawan di Perpustakaan Temanggung sekaligus PIC Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, untuk membuat suatu kegiatan dengan sasaran anak-anak disabilitas tuna rungu dan tuna wicara. Karena penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan layanan dan memanfaatkan fasilitas di perpustakaan.  Untuk penyandang disabilitas tuna netra bisa memanfaatkan buku braile yang juga merupakan koleksi di Perpustakaan Temanggung. Kebetulan, di perpustakaan Kabupaten Temanggung ada seorang pustakawan penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.
        Berdasarkan hal tersebut di atas, direncanakan kegiatan story telling khusus untuk penyandang tuna wicara dan tuna rungu dengan narasumber Anisa Kusumawardani, SIPust, pustakawan penyandang tuna rungu dan tuna wicara.  Langkah pertama yang dilakukann oleh Tasning Hety Widiayanti, SE adalah menghubungi lembaga pendidikan khusus untuk tuna rungu dan tuna wicara.  Akhirnya 3 lembaga yang memiliki siswa tuna rungu dan tuna wicara, yaitu SLB Negeri Temanggung, Pondok Pesantren Yayasan Abata yang mana para santrinya memang khusus pagi tuna rungu dan tuna wicara serta Bimbingan Belajar Kawula Wijaya Kusuma.  Dan ketiga lembaga pendidikan tersebut menyambut baik usulan ini.
       Kegiatan story telling ini berlangsung setiap hari Jum'at pukul 10.00 WIB dan dimulai sejak tanggal 2 Agustus 2024.  Karena jumlah siswa dari Pondok Pesantren ABATA lebih banyak dibandingkan jumlah siswa dari SLB Negeri dan Bimbingan Belajar Kawula Wijaya Kusuma, akhirnya dibuat jadwal selang seling minggu pertama siswa ABATA, minggu berikutnya siswa SLBN digabung dengan siswa Bimbingan Belajar Kawula Wija Kusuma.  Cara penyampaian cerita adalah, dari cerita yang akan disampaikan, Anisa membuat video menarik dengan bahasa isyarat.  Dan setelah penyampaian cerita itu diadakan sesi Tanya jawab tentang isi dari cerita tersebut.  Acara ini dilaksanakan di ruang Anak Perpustakaan Temanggung, agar para siswa setelah penyampaian cerita selesai, bisa membaca buku anak koleksi Perpustakaan Temanggung dan juga bermain di ruang itu, karena di ruang anak juga disediakan permainan.
      Â
Setelah berlangsung sebulan, acara yang kemudian diberi nama program Ceria : Cerita Tanpa Kata ini, menarik pihak lain untuk ikut mensuport acara ini, yaitu degan Jumbo yang mendonasikan produk mereka yaitu minuman kelapa muda untuk acara ini. Â Meskipun acara ini barlangsung sebulan, namun ada impact yang sudah Nampak, yaitu bertambahnya rasa percaya diri dari para siswa penyandang tuna rungu dan tuna wicara ini. Â Karena mereka merasa dihargai keberadaannya terutama oleh perpustakaan Temanggung sebagai institusi pemerintah. Â Selain itu rasa pecaya diri pada Anisa selaku narasumber juga bertambah, karena dia merasa di balik keterbatasan pada dirinya selakum disabilitas, juga bisa memberi manfaat bagi orang lain yang mana kita sebagai manusia normal belum tentu bisa melakukan hal tersebut. Â Kegiatan ini juga membuktikan bahwa Perpustakaan Temanggung selain Ramah Anak juga Ramah dan aman bagi kaum disabilitas. Â Bahkan ada dalam waktu dekat Perpustakaan Temanggung akan membuka kelas Bouquet dan Hantaran Pengantin untuk umum yang mana Anisa menjadi salah satu pesertanya dan kelak akan menularkan ilmunya kepada para kaum tuna rungu dan tuna wicara.Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI