Mohon tunggu...
Hetti ZuhrotulMawadah
Hetti ZuhrotulMawadah Mohon Tunggu... Freelancer - Hobi Menulis

Buku Antologi: Senandika Hati (Kumpulan Quotes) Anargya (Kumpulan Quotes) Mozaik Hikmah (Kumpulan Quotes) Aksara Hati Setangkai Asa untuk Hari Esok Harmoni Khitbah Tentang Kamu Aku pernah Salah Langkah Berlayar di atas Badai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salat tidak Khusyuk, Tanda Sakit Jiwa?

1 September 2021   13:07 Diperbarui: 1 September 2021   13:11 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Sahabat salihah, kesehatan adalah anugerah serta salah satu rizki tertinggi dari Sang Ilahi. Bayangkan saat Allah ambil satu saja dari kesehatan jasmani kita, maka rasa tak nyaman mulai menyapa. Misalnya, Allah mengambil kesehatan saluran pernapasan. Diuji dengan virus yang dizinkan-Nya masuk ke dalam tubuh. Apa yang terjadi? Pasti rasa sakit mulai terasa, badan tak enak. Makan tak nyaman, karena semua terasa pahit. Tak dapat mencium aroma karena saluran pernapasan tersumbat. Semua makanan sampai terasa hambar tak berasa.

Dalam kondisi seperti itu, pasti kita akan bergegas mencari obat. Kemudian mengunjungi dokter pribadi untuk berkonsultasi. Agar bisa segera kembali pulih, dan dapat menikmati lagi kelezatan hidangan.
Namun, ketika kita tak dapat menikmati serta merasakan kelezatan hidangan ruh dan jiwa. Kita tidak peduli dengan keadaan yang sedang terjadi padanya. Seolah semua baik-baik saja. Padahal itu adalah gejala kondisi jiwa sedang mengalami sakit.

Coba cek dan tanyakan ke dalam jiwamu.
Sudah berapa lama tak khusu' dalam salat?
Berapa tahun tak dapat bangun untuk salat tahajud?
Berapa lama tak berinteraksi dengan Al-Qur'an?
Berapa tahun tak pernah berdzikir-dzikir panjang setelah selesai salat?
Berapa jam berlama-lama saat di majlis ghibah?
Berapa kali merasakan tak suka saat saudara memperoleh kebahagiaan?

Kebanyakan orang nyaris tidak paham, bahwa itu adalah gejala jiwa yang sedang sakit akut dan parah. Bahkan barangkali telah stadium lanjut. Namun, biasanya manusia tak peduli. Merasa diri baik-baik saja. Tidak mencari obat ke dokter jiwa (kalbu), serta tidak mengunjungi guru dalam majelis ilmu.

Tak khawatir jika sampai jiwa itu mati. Sampai tak dapat membedakan antara halal dan haram. Tak bisa lagi merasakan kepekaan kepada kebaikan. Lebih akrab dan dekat dengan berbagai maksiat.

Sebelum jiwa itu mati, bersegeralah memeriksakan diri mengunjungi dokter ruh/jiwa supaya bisa segera tertangani dan bisa kembali pulih. Menjadi jiwa-jiwa yang sehat dan tenang. Merasakan kelezatan taat dalam kebaikan.

***

Sahabat salihah, betapa dari kita kerap abai dengan kondisi ruh/jiwa. Padahal, gejala atau tanda adanya penyakit yang dialami sering terjadi serta mudah dideteksi.

** Jika saat salat, tak ada rasa nikmat khusu'. Maka pertanda ada yang sedang sakit di dalam jiwa. Salat adalah kondisi di mana hamba dengan Tuhannya sedang berkomunikasi. Secara etika, ketika seseorang berbicara dengan lawan bicara harus fokus kepada lawan bicaranya. Apalagi salat adalah saat bicara dengan Sang Penguasa. Maka haruslah lebih fokus saat bicara kepada-Nya.

Tidak fokus ini berarti tidak khusu'. Memang lisan tetap mengucapkan kalimat-kalimat doa. Namun, jiwa terasa kosong karena pikiran ke mana-mana. Tidak fokus kepada apa yang sedang diucapkan. Jika kepada manusia saja kita harus fokus saat bicara sebagai tanda kesantunan. Apalagi kepada Allah Sang Maha Penyantun.

** Gejala lain saat kondisi jiwa kurang sehat. Sulitnya bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan salat Tahajud. Salat Tahajud adalah salat sunah yang paling utama setelah salat Fardhu. Sebab, salat ini Allah sendiri yang memerintahkan kepada manusia melalui wahyu-Nya yang disampaikan kepada baginda nabi Muhammad. Sebagaimana tertulis dalam surat Al-Muzzammil ayat 1-2:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun