Mohon tunggu...
Heti Palestina Yunani
Heti Palestina Yunani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis yang mencintai seni.

Sejak kecil, menulis adalah kegiatan yang ia sukai hingga sekarang. Itulah, meskipun mempelajari ilmu Antropologi di Universitas Airlangga, minat seni salah satu pendiri Komunitas Susastra Nusantara (KSN) ini justru cenderung pada sastra. Mengawali karier di dunia jurnalistik sebagai wartawan Kronik Pelajar (kropel) di Surabaya Post sejak duduk di bangku SMA, perempuan kelahiran Lumajang, 15 Agustus 1976 itu lalu bekerja sebagai jurnalis dan redaktur di Radar Surabaya, Tabloid Nyata, pemred Padmagz dan sekarang sebagai redaktur Harian Disway. Di sela-sela kesibukannya mengajar ilmu komunikasi di beberapa universitas swasta di Jawa Timur, Heti suka menulis puisi. Karya puisinya dimuat dalam delapan antologi bersama. Esainya ada di beberapa buku, di antaranya tiga seri buku dari serial Hidup Ini Indah Beib (HIIB). Puluhan esai seni rupa yang ditulisnya telah menyertai pameran seni rupa beberapa seniman Indonesia. Selain esai, CEO Little Sun Art and Media Management ia senang menulis genre feature dan jurnalisme sastrawi. Satu lagi, ibu dari Syamsiah Naqsya Afghanistan dan M Baqi El Vatikan itu juga gemar menulis resensi buku dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Ibu, Bukan Ratu

14 Mei 2019   10:23 Diperbarui: 14 Mei 2019   10:35 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap Minggu kedua bulan Mei, (tahun 2019 jatuh pada tanggal 12) diperingati sebagai Mother's Day ala Amerika Serikat dan sejumlah negara. Saya ingin mengucapkan selamat untuk para ibu lewat Duchess of Sussex Meghan Markle. 

Sebagai ibu baru pada 6 Mei 2019 ia pantas menjadi wakil ucapan saya mumpung ia lah role model dunia yang sedang moncer. Di luar tudingan menjadi surrogate mother yang menyakitkan, saya salut padanya karena berusaha bagaimana menjadi ibu sebenarnya. Itu ia lakukan dengan memberikan kehidupan yang 'biasa' untuk Archie Harrison Mountbatten-Windsor sejak lahir.

Misi Meghan menjadi ibu ketimbang menjadi ratu tampak sejak ia tampil pertama pascamelahirkan. Fashion pilihan Meghan bukan biasa lho. Penampilannya dipuji pakar gender dan politik AS Jacqueline Antonovich sebagai perempuan yang tak terobsesi pada tubuh pascamelahirkan. Dari mana? Busana trench dress nude yang menonjolkan perut buncitnya. 

Dibuat perancang Inggris berdarah campuran Eropa-Afro-Atlantik Grace Wales Bonner, dress tanpa lengan dengan tali di atas pinggang itu memberi isyarat kalau Meghan tak bingung dengan bekas tonjolan bayi di perutnya.

Dalam sejarah kehamilan dan reproduksi, perempuan harus dihormati perjuangannya karena perubahan fisik dialami besar-besaran. Katakanlah kulit dengan stretch mark, kandung kemih mudah penuh, usus makin terdorong ke bawah perut, ruang paru-paru menyempit, ginjal terhimpit janin, rahim membesar berkali lipat, dan mata buram. 

Maka jika ibu tampil cantik pascamelahirkan itu upaya keras yang patut dihargai. Jangan bilang Meghan selebritas jika ia charming begitu. Kalau mau, setiap perempuan bisa sepertinya. Soal penampilannya kemarin, konon dibandingkan Kate Middleton dan Putri Diana, gaya Meghan dinilai lebih pas dipadu high heels Manolo Blahnik setinggi 10 cm.

Yang paling saya suka melihat Meghan lebih memikirkan diri sebagai ibu ketimbang ratu adalah pilihan nama Archie bagi putranya. Padahal itu dianggap media dan kalangan kuno Inggris sebagai nama warga kelas dua. Yang pedas lagi, nama itu diperkirakan tak lain nama kucing kesayangan Meghan dulu. 

Terlepas dari itu, membuat anak lelakinya menjadi 'biasa-biasa' saja sejak bawaan nama adalah keputusan berani Meghan dan Harry untuk mendorong kehidupan normal di kemudian hari. Tak ada gelar pangeran tak masalah. Cukuplah Master Archie. Tak dilahirkan di rumah sakit seperti Kate Middleton pun fine-fine saja.

Hmmm, padahal kalau ia perempuan yang ingin merebut tahta dengan menikahi Pangeran Harry, tentu sangat bisa bagi Meghan untuk meraih apa pun demi dirinya dan Archie. Itulah kenapa saya makin menghargai upaya Meghan menjadi ibu saja, bukan ratu. 

Ini semacam keinginan dasar dan alamiah untuk saya dan perempuan kebanyakan bahwa menjadi ibu lebih penting daripada menjadi figur publik kalau tak bisa menyeimbangkannya dengan peran domestik. Ini butuh perjuangan menyelaraskan keduanya. Tak semua perempuan beruntung meraihnya.

Happy Mother's Day Meghan dan para ibu sedunia!

*Ditulis setelah tarawih menjelang Hari Ibu berakhir satu jam kemudian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun