Mohon tunggu...
Heti Rukmana
Heti Rukmana Mohon Tunggu... Pustakawan - Salam Literasi dari Pulau Bangka !

every journey begins with a single step.and you'll never finish if you don't start.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Dibalik Pintu Narapidana

22 Januari 2022   13:03 Diperbarui: 22 Januari 2022   13:25 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum memiliki sisi omong kosong yang memilukan bagi mereka yang tak bisa berbuat apa-apa. Pula menjadi omong kosong bagi mereka yg kaya raya namun dikhianati oleh kolega. Hukum begitu mudah dibuat menjadi arena bermain oleh mereka yang memegang tongkat kekuasaan. Namun bagaimana jika omong kosong hukum dilakukan oleh oknum penegak hukum yang ingin bergaya dengan jabatan yang masih terhitung kelas bawah ?...

Saya sendiri pernah berada dalam arena bermain oknum penegak hukum yang "Nekad" berkuasa padahal tak memiliki kuasa apa2. 

21 November 2020... Menjadi kisah yang menakjubkan untuk saya rakyat biasa namun menjadi kinerja paling memalukan bagi oknum penegak hukum. 

Berdirinya perusahaan Tapioka yang menyebabkan Aroma udara menjadi Busuk yang terjadi hampir 4 tahun didesa kami menjadi awal kisah menggelikan ini terjadi.

Saya bersama 5 rekan saya yang saat itu menjabat sebagai Rukun Tetangga (RT) diKelurahan Kenanga, Kecamatan Sungailiat,Kabupaten Bangka harus masuk dalam tahanan Polres Bangka. Lumayan lama 21 hari. 

Begitu menarik karena saya menjadi satu-satunya perempuan sedang 5 rekan saya yang lain Adalah sosok bapak2 yg luar biasa.   Menjadi lebih menarik karena saat ditahan saya sedang mengandung 2 bulan dan memiliki putri kecil berusia 1,5 tahun. Lebih memilukan karena rekan saya yg ditahan salah satunya dalam kondisi Struk. 2 rekan saya yang lain merupakan pengurus masjid yang saat ditahan sedang melakukan pembangunan masjid Almu'minum kenanga.

Saya bersama 1 tahanan perempuan dari luar kota harus 1 ruangan dengan 39 tahanan laki laki lainnya. Hanya bilik kamar dan WC terpisah namun tetap saja dalam 1 area.

Saat kami "dipaksa " masuk kedalam sel diluar sana terjadi dukungan yang luar biasa dari masyarakat Kenanga.  Mereka "Menyandra" pihak kejaksaan Negeri Sungailiat hingga pukul 03.00 pagi.

8 hari kami dipolres Bangka kami kemudian dipindahkan ke lapas Bukit Semut Sungailiat. Alasan klasik menjadi pemindahan kami. Sel polres Bangka sudah penuh. 

Hingga akhirnya 17 Desember 2020 eksepsi kami diterima oleh Hakim Pengadilan Negeri Sungailiat dan kami bebas. Kebebasan kami disambut teriakan Takbir oleh ratusan warga Kenanga yang sudah menunggu dihalaman masjid Almu'minum Kenanga.

Sekilas apa yg terjadi.. lalu bagaimana itu semua bisa terjadi ? Bagaimana kemudian kami menghadapi persidangan hingga 1 tahun lamanya ? Bagaimana kami divonis bersalah oleh hakim pengadilan negeri Sungailiat namun harkat dan martabat kami dipulihkan oleh pengadilan tinggi Bangka Belitung ? 

Semua akan tertulis diedisi artikel selanjutnya...  Salam Literasi dari Pulau Bangka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun