Mohon tunggu...
Abdurrahman Hazmi
Abdurrahman Hazmi Mohon Tunggu... -

Egalitarian yg menaruh hati tepat diantara kerinduan pada themis si perempuan paling bidadari

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beku

15 Januari 2014   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sepanjang riuh pawai luka dan rindu terlanjur getar berdawai
rentang antara luruh peluk dan muram jalanan lengang-kita kenang
kawan, adakah bebisuan itu menyimpan kesumat rapat-rapat
sementara kau tahu kapal-kapal tak nyali berlayar karena badai yg entah siapa anginnya

jaman menggelinding bagai bola salju pada putih-putih curam jalan yg tertempuh sendiri-sendiri
sementara kita meluka duri-diri semakin jauh disekat waktu waktu yg jalan di antara persimpangan berpencar
kabarmu pada terbang pesan-pesan merpati serasa angin menguap udara
entah kemana dirimu menaruh seisi waktu yg dulu kita teramat satu

lalu, kuingat segalanya pernah begitu megah saat sekujur kita adalah rembulan terang yg benderang
kemudian perbedaan-perbedaan mulai perang menabuh genderang
seketika cuaca berganti begitu lekasnya, kawan yg hujan digusur kerontangnya dendam

kini apa kabarnya dunia seluruhnya pada dirimu
kau dan aku berbaris pada garis panjang cerita
kisah kesah pada lukanya hati diantara kita
lalu semua tanya terbujur gigil dingin pada sekujur kita

dulu,

menggumpal

dingin berkumpul

beku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun