Mohon tunggu...
Hesty Rahmawanti
Hesty Rahmawanti Mohon Tunggu... Foto/Videografer - hestyrhm_

Selalu tebar senyum semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Membekas

11 Oktober 2019   07:11 Diperbarui: 11 Oktober 2019   07:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa basa basi, langsung saja masuk. Kami bermain dengan senangnya, dengan tidak ada beban, tidak memikirkan apapun. Yang kami pikirkan hanya kesenangan dan kesenangan.
          "Pram, berapa jam?" kataku.
          "Seabisnya uang jajan aja. Lagi pula ini masih pagi" jawab Pramu
          "Gila!!!! Masa iya uang diabisin buat main beginian? Ga jajan dong kita?" sahut isal
          "Yaudah gini aja. Uangnya bagi dua dulu. Terus setengah buat main, setengah lagi buat jajan." Kata putra menengahi.
          "Nah gitu aja dah!" seruku setuju.


          Aku bermain dengan asyiknya hingga lupa bahwa uang aku ketinggalan di meja belajar.
          "Put, uang aku ketinggalan! Gimana nih? Punya uang lebih ga?"
          "Ada, tenang aja kali!" jawab Putra dengan serius karena tidak mau terganggu main nya.


Setelah selesai bermain kami jalan jalan, berputar mengelilingi kampung. Melihat lihat apa yang orang lain kerjakan. Apa yang dilakukan setiap orang dalam waktu yang bersamaan. 

Ada yang sibuk dengan pekerjaannya, ada yang berbincang bincang di sela waktunya, ada yang duduk santai melepas kelelahannya, ada juga yang berbaring tertidur mengistirahatkan badannya. Wahhhh, begitu bervariasi kegiatan setiap orang. Ada yang waktunya sibuk se sibuk sibuknya, ada yang waktunya luang se luang luangnya.

Tak terasa waktu pun menunjukkan pukul 2 siang. Karena lapar akhirnya kami membeli makanan diwarsa. Warsa adalah warung tempat kami membeli makanan. Disana terdapat banyak makanan yang mengenyangkan, enak, dan harganya murah. 

Tak heran banyak sekali pelanggan yang membeli makanan disana. Di antara antrian yang begitu panjangnya, aku keluar, dan menyuruh Isal yang mengatri untuk dapat membeli makanannya. Memang sedikit menyebalkan. Tapi ya sudah lah. Perut sudah tak kuat ingin diberi asupan. 

Setelah beberapa lama, akhirnya dapat juga makanan yang ditunggu tunggu. Makan makan makan makan, uhhh disaat perut lapar, apa pun yang dimakan pasti rasanya lebih enak dari semula.

Sehabisnya makan, aku dan teman teman pun berjalan untuk pulang. Di tengah tengah perjalanan pulang, ada suara yang menggonggong. Gogg gogg!! Gogg! Gogg gogg! Gogg! Dari yang asalnya santai, langkah kami pun semakin besar dan berjalan dengan cepat. 

Disaat terdengar suara anjing yang mendekat, kami pun lari dengan terbirit birit ketakutan. Anjing itu mengejar kami. Tentu saja lari semakin cepat karena takut digigit. Ahhhh cape benar benar capeeeeeee..... Tapi kalau berhenti, anjingnya menggigit. Kalau terus lari sakit perut karena tadi barusaja makan. Ah serba salah.

Ketika berlari tidak memikirkan arah kemana. Karena itu terjebaklah kami. Aaaaaaaa matiiii laaahhhhh... Jalan buntu, pagar tinggi. Oke. Tidak ada cara lain selain memanjat pagar yang tinggi itu. Satu persatu dari kami memanjat. Disaat aku berada tepat di atas pagar, tanganku memegang ujung pagar yang meruncing tajam. Disaat lompat, aku lupa melepaskan tanganku yang berpegangan itu. 

Hingga disaat dibawah aku melanjutkan berlari. Tetapi ketika kami diam, beristirahat, menghela nafas, aku merasa aneh di telapak tangan kiriku. Ketika aku melihatnya, aku kaget, bingung, kenapa banyak sekali darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun