Mohon tunggu...
Hesty Rahmawanti
Hesty Rahmawanti Mohon Tunggu... Foto/Videografer - hestyrhm_

Selalu tebar senyum semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Membekas

11 Oktober 2019   07:11 Diperbarui: 11 Oktober 2019   07:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kriiiiiingggg.... Kriiiiiinggggg... Kriiiingggg...Ahhhhhh bunyinya mengganggu! Tidak tahu kalau aku sedang lelah! Tidak tahu kalau aku sedang bermimpi indah! Bunyi itu adalah alarm. Ya, aku sengaja memakai suara itu disaat alarm agar lebih cepat bangun karena aku pasti menganggap bahwa itu adalah telepon. 

Alarm yang ku atur tadi malam tiba tiba berbunyi. Tak terasa aku tidur begitu lelapnya hingga aku tak tahu sudah tidur 8 jam lamanya. Begitu bangun aku melihat langit pada pagi itu sangat cerah, bahkan lebih cerah dari biasanya. 

Dengan ujung bibir yang sedikit mengangkat sembari mata melihat awan awan yang bergerak aku berkata dalam hati bahwa hari ini pasti hari yang sangat cocok untuk aku bersenang senang.

Aku bergegas mandi, membersihkan rumah, dan menyelesaikan pekerjaaan lainnya agar aku dapat keluar rumah tanpa diomeli ibu. Ibuku memang cerewet. Seakan akan anaknya tidak boleh main keluar. Setiap mau pergi pasti ada saja yang membuat omelan nya membual. 

Aku yang selalu ingin main keluar tentu saja mencari jalan keluar nya hohoho.Akhirnya terpikirkan bhwa aku harus dengan cepat secepat kilat menyelesaikan pekerjaan pekerjaan rumah, membersihkan rumah, dan lain nya agar ibu tidak ngomel lagi. 

Dan ternyataaaaaaaa??? Berhasil dong! Ibu tidak mengomel lagi. Tetapi tetap kekhawatiran seorang ibu selalu besar. Walaupun aku dibolehkan keluar, tetapi tetap harus pulang sebelum jam 4 sore.

Karena ibuku mengizinkan aku keluar rumah, akhirnya akupun keluar rumah. Pada saat membuka pintu, eh ternyata sudah ada 3 teman ku yang selalu bermain denganku pada saat hari libur. Dia bernama Pramu, Isal, dan Putra. Mereka jantan tetapi berhati betina. 

Walaupun sikap mereka tegas, tetapi tetap saja mereka tidak tega jika ada satu diantara kami tersakiti. Satu dimarahin, semua harus ikut dimarahin. Tidak tahu apapun itu bila ada masalah pasti kami hadapi bersama. 

Satu diusir, semua angkat kaki. Satu dicubit, semua merasa sakit. Aku yakin hal itu akan membuat kami rindu satu sama lain jika kami berpisah karena kepentingan kami masing masing.

Saat itu kami masih kelas 7. Masih berpikir semaunya. Masih tidak begitu tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Maklum masih beradaptasi dari anak kecil ke mulai beranjak dewasa. 

Makannya kami tidak peduli main dimanapun yang penting kita bermain. Pada saat itu aku dan teman teman sedang berjalan. Tidak tahu mau kemana. Tidak tahu apa yang akan kami tuju. Lalu terlihat sebuah tempat rental PS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun