Mohon tunggu...
hesty Gorang
hesty Gorang Mohon Tunggu... Lainnya - Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Raya Tanpa Qurban

18 Juni 2024   05:18 Diperbarui: 18 Juni 2024   15:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
desain pribadi via canva

"Wa'alaikumussalam."

Nenek, dan beberapa orang sudah duduk di Barugak, tempat para tamu biasa duduk. Ada paman, bibik, ponakan, cucu, semuanya berkumpul di hari raya qurban ini. tapi, memang ada yang berbeda.

"Potong ayam berapa nek." Tanya suamiku pada nenek yang sedang mengunyah sirih pinang dengan nikmat."

"Tahun ini nenek tidak potong ayam, ayam-ayam nenek sudah mati karena penyakit." Nenek menjelaskan sambil tetap mengunyah siri pinang yang sudah mulai memerah.

"Sama, kita juga." Salah satu bibi ikut berbicara. "Tahun ini sepi, beda dengan tahun-tahun sebelumnya, ayam banyak, yang ngurban juga banyak, kita bisa makan daging sepuasnya." Lanjutnya sambil meletakkan beberapa potong jajan di dalam piring.

Suasana desa yang sepi semakin dibuat sepi dengan pendapatan ekonomi warga yang semakin hari semakin merosot. Hal-hal seperti ini sering terjadi dan membuat warga desa Bujur ini terlihat tidak bisa menikmati apa yang seharus dinikmati pada hari raya.

Jangankan untuk makan sepotong daging, punya air untuk mandi, nyuci, saja mereka harus beli. Siang ini saat kami baru tiba di tempat, kami sudah melihat air yang dibawa Truk. Setiap pengisian air mereka harus bayar 150ribu per sekali isi. Di sini ada beberapa rumah yang berjejer dan semua tong tempat penampungan air sudah kosong.

Miris memang hidup ini jika semua hal yang kita nikmati harus dibayar dengan uang, hatta untuk minum dan cebok pun harus mengeluarkan rupiah, bagaimana dengan makan, minum, dan lainnya.

Perbincangan di barugak terasa hangat. Topik di hari raya qurban bersambung dengan membahas hasil panen yang tidak bersahabat. Nenek sedikit menceritakan hasil panen jagung yang dia dapatkan.

"Tahun ini hanya dapat 5 juta, belum untuk bayar hutang dan ongkos buruh yang membantu. Saya hanya ambil untung sedikit, tapi Alhamdulillah, bisa untuk menyambung hidup."

"Bik Isah juga dapat hasil sedikit saja, tidak seperti tahun lalu. Kali ini hasil panen hanya untuk makan minum sehari-hari saja dan untuk membeli seragam si Ali yang akan masuk kelasa 1 SD." Bik Isah menceritakan pendapatannya yang juga merosot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun