Mohon tunggu...
hesty Gorang
hesty Gorang Mohon Tunggu... Lainnya - Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malas Nulis, Tapi Naik Kelas

16 Februari 2022   09:39 Diperbarui: 16 Februari 2022   09:51 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis sudah menjadi salah satu kebiasaan saya. Kebiasaan yang saya miliki ini juga seperti sebuah roda. Kadang di bawah (malas) dan di atas (rajin). 

Malas dan rajin adalah dua teman hidup yang sudah diberikan dalam setiap orang. Tapi, di antara keduanya harus bisa kita andalkan dan satunya harus bisa kita atasi. Menjadi manusia rajin adalah pilihan, begitu juga malas. Karena hidup adalah pilihan. Apa-apa harus kita pilih. 

Memilih rajin berarti kita harus menjaga segala hal untuk mengatasi ujian dan rintangan yang akan kita hadapi. Memilih untuk malas, berarti kita harus siap menghadapi resiko yang akan kita dapatkan. 

Saat rajin saya dapatkan betapa diri saya seperti orang paling beruntung di muka bumi ini. Yah, karena ketika rajin itu datang, saya bekerja dengan senang hati. Menikmati hidup tanpa beban, masalah menjadi hal kecil yang mudah diatasi, pekerjaan rumah lebih ringan dikerjakan, dan biasanya hasil dari rajin itu terlihat 'bersih' dan berkahnya lebih terasa. Beda saat malas. Rumah jadi gudang, kamar jadi kandang, piring kotor sudah seperti sampah. Sampah berbau bangkai. Pusing kepala memikirkannya.

 Yang paling menyedihkan adalah malas membuat saya tertinggal. 

Saat orang lain sudah berada diperingkat satu. Saya masih berusaha sekuat tenaga untuk bekerja keras lagi. Karena, saat waktu belajar sudah ditentukan saya malah asik bermain dan duduk santai menikmati hari-hari penuh kenikmatan. Dan itu pula yang saya rasakan ketika melihat peringkat saya pagi ini. Saat membuka platform Kompasiana untuk menulis saya arahkan kursor untuk membuka profil saya. Dan Alhamdulillah saya sudah naik kelas menjadi kelas Junior. Saya pun berpikir jika saya rajin menulis dari dulu mungkin peringkat saya sudah lebih atas. Bayangkan saja, saya kenal Kompasiana sejak 2019 dan mulai gabung pada tanggal 31 Agustus 2019. Waktu yang cukup lama, bukan? Dan hari ini baru bisa naik kelas menjadi Junior. Padahal menulis di Kompasiana tidak sulit. Kita bisa menulis apa saja yang kita inginkan. Bisa menulis fiksi, opini, berita, curhat, asalkan jangan menulis hal-hal yang bertentangan dengan Kompasiana.

Jadi bagi teman-teman yang ingin menulis dan mempunyai tujuan. Teruslah menulis. Jangan menunda dengan alasan ini dan itu. Apalagi alasannya adalah Malas. Hati-hati nanti bakal menyesal. Tujuan yang sudah ada seharusnya dikejar bukan dijadikan sebuah tempelan yang ditaruh dikamar sebagai hiasan. 

Sebelum menutup tulisan singkat ini. Saya akan kutipkan kalimat motivasi yang bisa dijadikan bahan bakar baru kita pagi ini.

Jika kamu tidak dapat melintas di jalan itu, maka usahakanlah paling tidak untuk berada digaris start jalan itu. Jangan pernah katakan "Jalanku sungguh berliku, aku telah melakukan banyak kesalahan." Teguhlah di jalan istiqamah! Maka, tidak akan ada lagi kesalahan-kesalahan lainnya (Jalaludin Rumi: 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun