Di malam yang sunyi, di bawah sinar rembulan,Kuhirup udara dingin, menggenggam kenangan,Kau, buah hatiku, bintang di angkasa,Tapi sering kali hatiku merintih dalam kesepian.
Setiap tawa dan tangis, setiap langkah kecilmu,Adalah lagu-lagu indah yang tak pernah henti,Namun dalam kebahagiaan, ada rintihan tak tertanggung,Di dalam cahaya matamu, tersimpan kepedihan.
Ketika dunia menilai dengan mata yang biasa,Dan aku berdiri dengan mata yang berkaca-kaca,Aku tahu, engkau adalah anugerah yang istimewa,Namun, mengapa rasanya begitu berat dalam suka dan duka?
Ada saat-saat di mana dunia terasa begitu dingin,Dan aku berjuang melawan badai yang tak kasat mata,Namun ketika aku melihat senyummu, oh, betapa menawannya,Cinta yang mendalam ini, sungguh tak ternilai harganya.
Namun ada saat-saat gelap, ketika tak ada lagi harapan,Di mana suara-suara penuh penilaian merobek jiwa,Dan aku hanya bisa memelukmu erat-erat,Mencoba menyembunyikan air mata yang tak bisa ku tahan.
Kau adalah pelita dalam kegelapan, anakku,Tapi kadang, cahaya itu tampak terlalu redup,Dan aku bertanya dalam keheningan malam,Mengapa jalan ini terasa begitu berliku?
Dalam segala suka dan duka yang menggelora,Dalam setiap detak jantung yang penuh rasa,Kau tetaplah cahayaku, kekuatan yang tak tergoyahkan,Walau hati ini sering kali terasa rapuh dan rentan.
Di dalam pelukanmu, aku menemukan kekuatan,Di dalam tatapanmu, aku menemukan keindahan,Namun dalam setiap langkah yang penuh perjuangan,Air mata ini jatuh, menulis kisah yang tak terungkapkan.
Kau adalah anugerah dalam setiap tawa dan tangis,Di tengah suka dan duka, kau adalah segalanya,Dan meskipun dunia mungkin tak selalu mengerti,Di sini, dalam pelukanku, kau adalah cinta abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H