Melangkahi bagian pertama, kedua, ketiga, keempat, hingga bagian ke lima, pembaca akan disambut dengan judu sub bab, yang saya rasa akan mengusik siapa saja yang pernah mencintai seseorang tanpa memberitahu atau mengungkapkan perasaannya tersebut, atau yang saat ini lebih sering kita dengar dengan sebutan mencintai dalam diam.Â
Sub bab kelima ini berjudul "Risiko Jatuh Cinta Diam-diam", sebuah judul sub bab yang menarik dan akan menyambut pembaca buku ini. Paragraf-paragraf awal dalam bab kelima ini, akan mengusik ketenangan siapa saja yang sudah memutuskan untuk mencintai seseorang secara diam-diam.Â
Pada kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf awal dalam sub bab ini, pembaca yang sempat mencintai seseorang secara diam-diam, bisa saja terusik bahkan hingga merasa dihina habis-habisan.Â
Namun setelah ketenangan itu terusik, mereka yang membaca sub bab ini dan yang pernah mencintai seseorang diam-diam, kemudian akan diobati dengan kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf akhir dalam sub bab ini.Â
Sebab dalam paragraf-paragraf akhir sub bab ini, Alvi Syahrin menguraikan berbagai hal yang akhirnya bisa diperoleh dan dirasakan oleh seseorang, usai mencintai seseorang dalam diam. Terdapat salah satu bagian yang paling saya sukai dari sub bab ini, sebuah paragraf singkat yang dibentuk oleh dua kalimat.
"You've just saved your heart, and it's the most beautiful thing you've ever done to yourself. One day, you'll teach your kids this lesson"
"Kamu telah menyelamatkan hatimu, dan ini adalah hal terindah yang pernah kamu lakukan dalam hidup. Suatu hari, kamu akan mengajari anak-anakmu pelajaran ini", dua kalimat yang menjadi pemisah yang indah di sub bab ini.
Setelah melewati banyak bagian, tibalah kita pada bagian atau sub bab terakhir, yang berjudul "Istirahatlah". Bagi saya yang telah membaca seluruh bagian dari buku ini, bagian atau sub bab terakhir ini, menjadi bagian yang seolah-olah dapat mengobati perjalanan saya sepanjang membaca buku ini. Perjalanan yang membawa saya berulang kali harus membuka luka-luka, dan mengobatinya, namun tidak sembuh secara sempurna. Bagian terakhir ini, menjadi bagian yang menutup dan mengobati luka saya secara sempurna. Bahkan menurut saya, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf dalam buku ini seperti mengandung keajaiban tersendiri.
Bagian terakhir dari buku ini, akan membawa dan mengajarkan kepada pembacanya untuk menyadari hal-hal kecil yang masih bisa dirasakan dan  disyukuri ditengah pelik dan rumitnya hidup. Hal-hal kecil yang bisa dijadikan alasan untuk tidak berhenti, untuk terus melangkah dan melaju.
Demikian sedikit ulasan saya mengenai buku "Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta", yang saya rasa sangat kayak dibaca oleh siapa saja, terutama mereka yang mulai jenuh dan kewalahan dalam menghadapi hal-hal dan hari-hari dalam hidup.
Terima kasih!