Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemenangan Zohri dan Pesan Moral dari Peristiwa Thai Cave Rescue

14 Juli 2018   17:10 Diperbarui: 15 Juli 2018   10:27 2684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalu Muhammad Zohri, pelari Indonesia pertama yang berhasil juara di Kejuaraan Dunia Atletik IAAF U-20| Sumber: Reuters

Saya memang tak mengikuti berita Thai Cave Rescue sedari awal. Maklum, pemberitaan tentang Thai Cave Rescue ini sepi di televisi kita. Justru kabar ini pertama kali saya ketahui dari Facebook dan Twitter (yang jarang saya buka).

Reaksi saya sama dengan kebanyakan orang yang mengikuti berita ini. Deg-degan, terharu, cemas, bahagia dan, yeah, ikut mbrebes mili alias berkaca-kaca. Sebagai seorang ibu, refleks saya membayangkan perasaan orang tua para bocah yang usianya sama dengan anak pertama dan kedua saya.

Apalagi keempat anak saya lelaki dan mereka pun suka bermain bola. Saya bisa bayangkan kecemasan seperti apa yang dialami para orang tua itu menanti kabar anaknya yang tak kunjung pulang, begitu ditemukan pun tak bisa segera dipeluk. 

Jangankan menanti anak yang berhari-hari tak nampak di depan mata dalam situasi yang membahayakan jiwa, wong sulung saya jam 11 malam belum pulang dari kerja kelompok dengan teman-temannya saja air mata saya berderai-derai. Cemas tak karuan karena tak mengabari pulang terlambat dan ngomel berkepanjangan ketika dia pulang. 

Tapi, ada satu sikap yang rupanya salah saya bayangkan. Andai saya yang jadi orang tua salah satu anak-anak tersebut, bukan hanya sedih dan cemas, tapi marah. Ya, marah, kenapa anak-anak ini masuk gua, kenapa pelatihnya yang seharusnya bertanggung jawab dengan keselamatan mereka malah ngajakin ke gua?

Kenapa anak-anak ini tak segera dikeluarkan begitu ditemukan dua penyelam Inggris? Kenapa orang tua tak bisa segera menemui anak-anak ini begitu keluar gua? Akan ada banyak pertanyaan mengapa yang mungkin saya lontarkan dengan kemarahan. Kemudian ujungnya mencari kambing hitam, mencari pihak yang harus saya salahkan. Untuk apa? Ya, untuk dilimpahkan rasa berdosa bila anak-anak ini kenapa-kenapa.

Saya termangu, malu, dan jujur menangisi diri sendiri begitu membaca, orang tua para bocah justru tak menyalahkan siapa pun. Alih-alih menumpahkan amarah dan kesedihan, mereka justru menebarkan cinta yang tulus yang membuat para bocah dan Ekkapol, sang asisten pelatih ini tetap survive belasan hari di dalam gua nan gelap. Jutaan doa dan cinta yang mereka rasakan berperan penting menumbuhkan semangat mereka untuk berjuang dan selamat. 

Perasaan cinta yang sungguh indah. Seindah kekompakan ribuan relawan dan para penyelamat untuk menolong mereka atas dasar cinta. Tak ada keegoisan untuk didahulukan meski mungkin di hati kecil mereka berharap demikian, pun tak ada sikap jumawa menganggap sebagai yang paling penting. 

Tak ada pahlawan kesiangan yang kemudian mengaku-aku paling berjasa. Solidaritas yang rasanya terkadang seperti mulai berkurang di sekeliling saya (dan semoga hanya perasaan saya belaka).

Lantas apa hubungannya Thai Cave Rescue ini dengan Zohri?

Berita tentang Lalu Muhammad Zohri yang memenangi lomba lari 100 meter kejuaraan dunia atletik U-20 di Tampere, Finlandia, membanjiri linimasa beberapa hari ini. Bangga? Tentu saya ikut bangga dan ikut kepo... :D. Googling kesana kemari mencari tahu siapa Zohri, karena memang baru kali ini saya mendengar namanya. 

Kompas.com
Kompas.com
Oke, Zohri pemuda 18 tahun dari NTB, yang terjun dalam olahraga lari sejak di bangku SMP dan telah banyak menorehkan prestasi di daerah maupun nasional dan masuk tim atletik Indonesia untuk Asian Games mendatang. Itu sebagian informasi yang saya dapatkan dari berbagai media online. Tentu beserta kisah hidupnya yang yatim piatu dan tinggal di rumah yang sangat sederhana.

Bukan hanya kemenangan Zohri yang ramai dibahas. Ada hal lain yang ramai dan (sepertinya) dibesar-besarkan.

"Hebat, ya, ini, menang lari ngalahin pelari Amerika tapi kasihan sampai finis kayak orang ilang cari-cari bendera merah putih.T epuk tangan sendiri, nggak ada yang nyuporterin (dari Indonesia)." celoteh teman kemarin. 

"Bukannya udah biasa ya, kalau lomba atletik supporter-nya nggak kayak pertandingan bola atau bulu tangkis? Di luar negeri pula lombanya. Masih kalah ramai dengan piala dunia pastinya, meski Indonesia nggak ikutan piala dunia. Mungkin Zohri nggak menyangka menang, benderanya kali aja masih disimpan di tas." spontan saya menjawab begitu. Pembicaraan pun tak berlanjut, karena teman saya lantas manggut-manggut, setuju dengan ucapan saya.

Rupanya soal bendera ini sudah ramai dibahas di medsos saat saya buka FB. Beserta berita-berita miring yang katanya Zohri mengongkosi sendiri keberangkatannya ke Finlandia, yang katanya bendera yang akhirnya didapat Zohri adalah bendera Polandia yang dibalik. 

Yang anehnya saat ditanya balik, "Bagaimana cerita Zohri yang berasal dari keluarga sederhana kemudian ikut lomba di Finlandia dan juara?", justru tak tahu sama sekali perjalanan karier Zohri sebagai atlet lari dari level sekolah, masuk pelatda, masuk pelatnas. Soal bendera, ketika ada yang tanya, "Yakin itu bendera Polandia? Memang ada atlet Polandia di lomba itu?", pun tak bisa dijawab dan hanya menunjukkan keraguan.

Atlet kita, Lalu Muhammad Zohri ini berangkat ke Finlandia beserta tim PB PASI, beserta pelatihnya, didampingi oleh KBRI di sana dan membawa bendera sendiri dari Indonesia. Situasi dan kondisi yang menyebabkan Zohri tak segera mendapatkan sang merah putih. Silakan googling sendiri tentang hal ini. Atau follow akun @lalusprinter dan DM, tanya kebenaran ceritanya (semoga betul ini akun Zohri yang asli).

Bila di Thailand tak muncul kambing hitam dalam peristiwa Thai Cave Rescue, dan tak ada yang mencari-cari kesalahan, padahal itu sebuah peristiwa genting yang lebih beralasan kalaupun ada yang menyalahkan dan disalahkan. 

Di Indonesia? Sebuah prestasi yang harusnya disambut dengan kebahagiaan dan penuh rasa terima kasih, justru diwarnai tingkah sebagian orang yang mencari-cari kesalahan yang sebenarnya tak penting untuk dibesar-besarkan. 

Soal bendera yang lebih diramaikan dibanding perjalanan prestasi Zohri. Mencari kambing hitam soal bendera. Sungguh berbeda bukan situasi yang terjadi pada peristiwa Thai Cave Rescue dengan kemenangan Zohri? 

Zohri tetaplah Zohri sang pemenang, terlepas apakah ada bendera atau tidak, dia tetap The Great Winner. Gelarnya tak akan gugur karenanya. Zohri akan tetap tercatat dalam sejarah Indonesia, siapapun presidennya, sebagai seorang pemuda sederhana yang telah mempersembahkan emas untuk negaranya.

Selamat untuk Zohri, dan semoga di Asian Games nanti kau persembahkan prestasi terbaikmu. Doa tulus untuk langkahmu dari kami semua yang bangga atas prestasimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun