Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[CFBD] Mesin Jahit Tanda Cinta

25 Agustus 2012   02:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu tiri atau anak tiri tak pernah akur? Kata "tiri" selalu bertendensi negatif, selalu kejam? Kata siapa?

Ibuku adalah seorang gadis saat menikah dengan almarhum Bapak yang berstatus duda beranak lima. Jarak usia antara Bapak dan Ibu sendiri adalah 18 tahun, dan anak pertama Bapak (Mbakku sulung) usianya hanya berselisih 6 tahun lebih muda dari Ibu. Anak kandung Ibu sendiri hanya aku dan adikku.

[caption id="attachment_194929" align="aligncenter" width="560" caption="Mesin jahit Butterfly (dok. pribadi)"][/caption]

Status ibu tiri atau anak tiri tidak serta merta membuat hubungan antara Ibu dan kakak-kakakku tidak harmonis. Justru sebaliknya, hingga detik ini kakak-kakakku masih tetap menyambangi dan menghormatiIbu seperti ibu kandung mereka sendiri meskipun Bapak telah tiada 2 tahun lalu. Sikap kelima kakakku padaku dan adikku pun baik, tiada bedanya dengan sikap mereka pada saudara yang satu ibu. Bahkan, dulu selama 6 tahun, saat aku melanjutkan sekolah di SMP dan SMA aku tinggal bersama kakak sulungku. Begitu pula sebaliknya, Ibu juga menyayangi mereka seperti anak kandungnya sendiri. Intinya, tak ada masalah dalam keluarga kami menyangkut status Ibu dan kakak-kakakku. Sikap ini tak berubah sejak almarhum Bapak masih ada hingga Bapak dipanggil olehNya 2 tahun lalu. Keluarga besar kami, Ibu, kakak-kakakku dan keluarganya, aku dan keluargaku juga adikku dan suaminya, tetap berkumpul di setiap lebaran, bersilaturahmi dan melakukan ritual sungkeman. Begitu pula dengan lebaran kali ini, kami berkumpul bersama di rumah Ibu, termasuk para cucu dan cucu mantu, bahkan empat orang cicit yang turut meramaikan suasana lebaran di rumah Ibu. Kecuali seorang kakakku dan keluarganya yang tinggal di Kalimantan Selatan, yang terpaksa absen berkumpul bersama karena tidak bisa pulang.

Berbicara tentang hubungan antara Ibu dan kakak-kakakku, tidak sebatas dalam wujud kasih sayang batiniah saja. Ada wujud material pula di sana. Salah satu bukti cinta dalam wujud benda itu adalah sebuah mesin jahit bermerk Butterfly. Mesin jahit ini Ibu beli tahun 1979 seharga Rp. 36.000,-.  Sebagian dari uang yang digunakan Ibu untuk membeli mesin jahit berasal dari kakak-kakakku. Ibu berkisah, saat itu tunjangan untuk kakak-kakakku (ibu kandung kakak-kakakku adalah seorang guru PNS, dan kelima kakakku mendapat jatah tunjangan anak dari gaji almarhumah) turun sekaligus setelah sebelumnya sempat tidak turun untuk beberapa bulan. Sebagian dari rapelan tunjangan ini, kemudian mereka berikan untuk Ibu. Sejumlah uang ini, ditambah uang pribadi Ibu yang akhirnya digunakan untuk membeli mesin jahit. "Sebagai kenangan," begitu kata Ibu beralasan.

Ibu memang pintar menjahit, ilmu menjahit yang sebagian Ibu dapat dari Mbah Putri (ibu dari ibuku). Mbah Putri dulunya adalah seorang penjahit dan memiliki sebuah mesin jahit yang pedalnya tidak digerakkan dengan kaki tapi dengan tangan. Sayang, aku tak tahu dimana sekarang mesin jahit milik Mbah Putri ini. Ibu memang tidak mengikuti jejak Mbah Putri menjadi penjahit karena kondisi mata Ibu yang mengharuskannya menggunakan kacamata silindris dan minus sejak muda, jadi sangat tidak memungkinkan Ibu untuk menerima jahitan dari orang lain. Ibu hanya memakai mesin jahit ini untuk keperluan sendiri. Membuat baju untuk anak-anaknya, membuat mukena, sprei plus sarung bantal gulingnya, atau sekedar untuk mempermak baju yang sudah ada.

[caption id="attachment_194930" align="aligncenter" width="480" caption="Sebagian rangka kayu mesin jahit ini mulai keropos dimakan usia (dok. pribadi)"]

1345863168275887659
1345863168275887659
[/caption]

Mesin jahit ini masih ada sampai sekarang, tersimpan di rumah Ibu, meskipun beberapa bagian rangka kayu yang menjadi "bodi" mesin sudah keropos dimakan rayap. Mesinnya sendiri dan pedal besinya masih berfungsi dengan baik. Bagian mesinnya seakan tak lekang oleh waktu, sebagaimana kisah dibalik mesin jahit itu. Kisah tentang hubungan ibu tiri dan anak tiri yang diselimuti kasih sayang. Kisah antara ibuku dan kelima kakakku. I love you all...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun