Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[CFBD] Mesin Ketik Brother dan Honor Pertamaku

18 Agustus 2012   06:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin ketik ini sebenarnya milik almarhum Bapak. Sebuah mesin ketik portable bermerk Brother seri Deluxe 750 TR. Aku tidak tahu pasti sejak kapan mesin ketik itu menjadi milik Bapak. Yang jelas, menurut Ibu, mesin ketik tersebut adalah pemberian seseorang saat Bapak masih bertugas dalam lingkungan kepemerintahan daerah kabupaten Cilacap.

Mesin ketik tersebut masih Bapak gunakan sampai Bapak memasuki masa pensiun pada Pebruari 1988 (kala itu aku masih kelas 5 SD). Biasanya, Bapak memakainya untuk mengetik dokumen-dokumen untuk Ibu terkait pekerjaan ibuku sebagai guru. Atau, untuk mengetik berkas-berkas organisasi PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia). Ya, almarhum Bapak memang aktif dalam kepengurusan organisasi pensiunan pegawai negeri tersebut.

Ketika aku SMP, aku ikut kakak perempuanku di lain kota, tepatnya di Purwokerto. Aku diterima di salah satu SMP terbaik di sana. Nah, di SMP tersebut, saat itu, mata pelajaran Ketrampilannya adalah mengetik. Sejak itulah, mesin ketik Brother milik Bapak aku bawa.

Tidak hanya aku gunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah (dan berlanjut hingga awal kuliah), mesin ketik itu pulalah yang menjadi "penaku" menulis cerpen. Bapakku sampai hafal gayaku mengetik cerpen, tak mau diganggu siapapun dan tak boleh dibaca siapapun sebelumnya! Hehehe, bisa rusak mood-ku kalau sampai terbaca dulu oleh orang lain. Biasanya Bapak berbaik hati menjadi "satpam", alias siap menegur siapa saja yang menggangguku menulis.

[caption id="attachment_193892" align="aligncenter" width="800" caption="Mesin ketik peninggalan alm. Bapak (dok. pribadi)"][/caption]

Ada dua cerpen yang kuketik dengan mesin ketik Brother ini yang sempat dimuat di majalah cerita remaja. Satu di majalah Ceria Remaja, dengan honor lima puluh ribu rupiah. Jumlah yang sangat lumayan saat itu (sekitar tahun '92-'93). Satu lagi di majalah Aneka Ria, dengan honor tujuh puluh lima ribu rupiah. Senang rasanya saat itu, aku punya uang hasil dari jerih payahku sendiri. Meskipun hanya dua diantara sekian belas cerpen yang kuketik dan kukirim ke majalah yang dimuat.

Mesin ketik ini mulai jarang aku pakai saat aku memasuki semester ke 5 bangku kuliah. Bukan karena tidak lagi bisa digunakan, sampai sekarang saja masih bisa dipakai, tapi karena keberadaannya mulai tergeser oleh komputer. Namun, setidaknya kenangan mesin ketik ini tidak pernah tergeser oleh apapun. Apalagi karena mesin ketik inilah, aku pertama kali menikmati honor dari hobi menulisku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun