Vihara Avalokiteçvara berlokasi tak jauh dari benteng Speelwijk, sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda di masa kesultanan Banten masih berdaulat penuh. Vihara ini masih digunakan untuk beribadah hingga kini dan sedang direnovasi saat ini. Termasuk salah satu vihara tertua di Indonesia, dan memiliki patung Dewi Kwam Im, peninggalan pada masa Dinasti Ming.
[caption id="attachment_190141" align="aligncenter" width="640" caption="Vihara Avalokitesvara yang tengah direnovasi (dok. pribadi)"]
Benteng Speelwijk
Terletak di seberang vihara (terpisahkan sebuah sungai/kanal dan ruas jalan yang tak seberapa lebar), benteng ini terlihat cukup luas. Beberapa pohon-pohon tua terdapat di sisi luar benteng.
[caption id="attachment_190163" align="aligncenter" width="480" caption="Pohon tua yang berongga, berada di dekat salah satu pintu masuk benteng (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_190156" align="aligncenter" width="640" caption="Benteng Speelwijk dengan bangunan berbentuk kerucut yang disebut Bastion (dok. pribadi)"]
Benteng ini juga dirancang oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel dan namanya diambil dari nama gubernur VOC, Cornelis Jansz Speelman. Benteng ini seakan menjadi simbol kekuasaan kolonial Belanda dan dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar yang juga dikenal sebagai Sultan Haji. Sultan Haji adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa yang mudah dibujuk Belanda, sangat berbeda dengan sang ayah yang sangat tegas dalam urusan politik. Sultan Ageng Tirtayasa adalah seorang sultan yang menentang habis bentuk penjajahan dan tak sedikitpun mau berkomproni dengan Belanda. Tak heran jika namanya begitu dikenal hingga kini diantara deretan nama-nama sultan Banten.
[caption id="attachment_190155" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu sisi luar benteng Speelwijk (dok. pribadi)"]
Di areal benteng, tepatnya di sisi luar sebelah selatan terdapat pemakaman orang asing yang disebut kerkhoff. Bentuk bangunan makam terlihat tidak seragam. Salah satu bangunan makam yang paling besar adalah makam Komandan Hugo Pieter Faure (1718 - 1763), sang panglima perang.
[caption id="attachment_190166" align="aligncenter" width="420" caption="Komplek pemakaman, bangunan makam terbesar dengan bagian atap berbentuk lengkung adalah makam sang panglima perang (dok. pribadi)"]
Di seputar benteng masih terdapat kanal yang mengitarinya, meskipun air kanal tampak kotor, bercampur sampah, berwarna kehijauan. Bahkan di salah satu sisi, terlihat kanal yang mulai mengering.