Wejangan terkait kepenulisan pun saya dapatkan dari Heri Hendrayana Harris, nama asli Gol A Gong, dalam obrolan santai dengan beliau. Meski belum banyak yang saya dapatkan, tapi lagi-lagi sebuah "kalimat sakti" yang kurang lebih sama dengan apa yang dikatakan pak Naijan, tidak ada kata terlambat untuk menulis saya dapatkan juga dari seorang Gol A Gong. Kalimat sederhana dari dua penulis hebat yang merasuk ke sukma dan memotivasi saya untuk semakin giat menulis, menulis, dan menulis.
[caption id="attachment_187402" align="aligncenter" width="640" caption="Dua diantara enam buku yang saya beli di Rumah Dunia (dok. pribadi)"]
Bagi saya, menulis adalah proses menyeimbangkan jiwa. Seorang psikolog, Rieny Hassan, sempat mengatakan demikian beberapa tahun yang lalu. Saya yang pernah mengalami sindrom Baby Blue, dan sempat menulis curhat kepada ibu Rieny, dan kemudian dijawab beliau dalam sebuah rubrik di sebuah tabloid, menjadi titik awal untuk saya kembali menulis. Benarlah apa yang pernah disampaikan Rieny Hassan yang juga diamini pak Naijan dan mas Gong, menulislah untuk mengisi jiwa, mengisi hati dan pikiran kita. Menulis membuat kita belajar lebih banyak dibandingkan sekedar membaca, karena itu tidak ada kata terlambat untuk menulis.
[caption id="attachment_187400" align="aligncenter" width="640" caption="Formulir pendaftaran kelas menulis di Rumah Dunia, siapa mau ikut? (dok. pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H