#Kisah Lintang
Pagi yang indah, setelah sekian hari mendung berarak menutupi jejak sang surya. Di ufuk barat, rembulan seakan ingin turut menyapa pagi. Tersenyum, meski tak bulat sempurna. Menyisakan sedikit kisah malam sebelumnya, kala purnama direnggut sang umbra.
[caption id="attachment_181769" align="aligncenter" width="605" caption="rembulan di awal hari (dok. pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_181784" align="aligncenter" width="600" caption="kala gerhana penumbral (dok. pribadi)"]
Kuhirup udara dalam-dalam, memenuhi rongga dada mengusir gerimis yang kemarin. Kuncup bunga menyapaku, mengingatkanku pada ocehmu.
"Ini Hibiscus Rosa Sinensis.....cantik meski tak sewangi mawar!"
"Ah, lebih simpel menyebutnya bunga Sepatu!" kataku, protes dan membuatmu tergelak.
[caption id="attachment_181772" align="aligncenter" width="571" caption="kuncup bunga sepatu (dok. pribadi)"]
Kuncup merah jambu itu selaksa kuncup rasa dalam batinku. Mengalun indah bermekaran dalam untaian waktu. Sebelum kau memutuskan pergi dan kapal membuang sauh.
[caption id="attachment_181925" align="aligncenter" width="580" caption="kapal kembali berlayar (dok. pribadi)"]
Kau tahu, hatiku bagai butiran pasir terkikis ombak di pantai. Melarut. Tiada daya aku bertepi sendiri di balik karang kokoh menghujam. Aku terluka....