Kepada Dedaunan Kering
By: Hesti Edityo & Michael Sendow (No. 87)
Kepada dedaunan kering kututurkan Desah rindu pada rerumputan hijau Berlagu bersama kicauan pipit kecil Tunasku meranggas sudah Meluruh dalam teriknya sang surya
Lihatlah, akarku bagai terpenjara
Dalam tembok semen tak bercelah
Merindu belai tetes hujan menyapa
Entah kemana tirta berlari
Menjauh ke ujung bumi.
Sedang aku di sini menanti ... Menanti dalam ketidakpastian Bisik dedaunan miskin kata Berjuta makna bagi sang pendengar Mendendangkan bisikan dalam lorong telinga
Tentang....
Raga rapuhnya jatuh lunglai
Meninggalkan jejak-jejak kering
Di tanah retak nan kerontang
Merindu sang masa berlalu
Saat mekar merekah dalam kedamaian
Dan tanyaku menggema kepadamu
Masih adakah yang tersisa di kejauhan
Kelopak-kelopak bunga, dan ujung-ujung tunas muda Sekar rampai dan tunas ceria Mekar di tangkai dan tak biasa
Seperti anak petani menganyam mimpi
Meraih, menggeliat, merangkul fajar
Sebuah harapan tak pernah pudar
Harapan untuk bertunas dan bertumbuh...
Seperti aku ikut berharap dan bermimpi
Sebuah cerita di atas Bumi
Bumi ini bukanlah ruang sempit dan kosong
Bukan pula lorong yang sempit dan terhimpit
Tetap masih ada harap dalam ujung asa
Masih ada ruang lebar menyemai cinta Dalam kearifan jiwa mencumbu alam raya dan mengerti derita sang pokok dedaunan kering terhempas di atas bumi.... Di atas tanah....
Bleibe bei uns, Bleibe bei uns!
Tinggallah bersama kami, tinggallah bersama kami!
Agar kami tak sendirian...Den sonst sind wir allein...
Oh, wahai tetumbuhan......
Oh, wahai dedaunan kering.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H