Letupan flare Matahari terhebat yang pernah terjadi memang berkekuatan 100 milyar ledakan bom atom. Flare pembunuh memang pernah ditemukan di sebuah bintang bernama Il Pegasi. Bintang ini adalah bintang raksasa merah yang memiliki pasangan. Flare yang teramati pada tahun 2006 oleh observatorium Swift milik NASA ini berkekuatan 20 juta milyar bom atom dan berada pada jarak 135 tahun cahaya. Seandainya flare ini terjadi di Matahari, maka musnahlah kehidupan di Bumi. Tapi sekali lagi, flare pembunuh ini tidak terjadi di Matahari, Matahari kita saat ini belum berevolusi menjadi bintang raksasa merah dan tidak memiliki pasangan seperti Il pegasi! Flare Matahari memang memberikan dampak membahayakan bagi kita, tapi tidak membunuh.
Hal yang perlu diwaspadai saat badai Matahari tiba adalah kemungkinan putusnya jaringan listrik dan komunikasi global. Tahun 1989, badai Matahari menyebabkan putusnya jaringan lisrik di Quebec Canada selama 9 jam. Satelit-satelit juga dapat rusak karena serangan badai matahari seperti yang pernah terjadi di tahun 1994, dua satelit komunikasi Anik milik Canada rusak berat. Bahkan di tahun 2005, United Airlines 26 terpaksa mengalihkan rute penerbangannya menjauhi kutub karena dikhawatirkan badai matahari yang terjadi saat itu mengakibatkan black out (padam sementara) di frekuensi HF radio pesawat. Efek langsung yang membahayakan pada kehidupan manusia, hanya terjadi ketika saat terjadinya badai kita berada di ruang angkasa sana. Resiko ini di terima oleh para astronout tentunya. Jadi, sekali lagi, para ahli fisika Matahari mengatakan bahwa flare dari siklus 11 tahunan yang diperkirakan terjadi antara tahun 2012 - 2013 hanyalah peningkatan aktivitas yang biasa, bukan sebuah ancaman. Bahkan beberapa ahli justru menemukan data peningkatan siklus kali ini termasuk dalam skala minimum.
Ancaman bagi kehidupan di Bumi yang berasal dari Matahari akan datang saat Matahari kehabisan bahan bakar hidrogen dan menjelma menjadi red giant.....
Diolah kembali dari : nasa.gov, langitselatan.com, Fisika Untuk SMA
Episode sebelumnya :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H